Ulf dan adik suka makan es krim saat #siblings time^^ |
Memiliki adik adalah salah satu
kelengkapan ruang hati. Apalagi adik perempuan. Eh, tapi sebelum Ulf cerita
tentang adik perempuan (yang menjadi ide dari munculnya tokoh Nesha dalam novel
Morning Dew and the Togetherness We Share),
Ulf mau sedikit cerita tentang adik laki-laki. Adik yang sampai saat ini Ulfah
anggap ada di tengah kami sekeluarga.
Kurang ingat waktu itu Ulf kelas
berapa SD, ada anak tetangga yang baru lahir. Terus Ulf dengar ibu juga jadi
pengin hamil lagi dan melahirkan anak lelaki ganteng setelah melihat anak
tetangga itu. Alhamdulillah ibu hamil anak ketiga. Memasuki usia kehamilan 6
bulan, ibu mengalami bleeding. Dokter
tak berhasil menyelamatkan Adik yang diprediksi berjenis kelamin laki-laki itu.
Ulfah kecil melihat ibu yang kerap menangis saat melihat sepatu bayi hasil
rajutannya. Ulfah kecil merasa kehilangan juga. Karena sudah tahu akan punya
adik laki-laki. Namun, kemudian adik laki-laki itu pergi.
Selang satu atau dua tahun ibu
hamil kembali. Kali ini Ulf kecil bakal punya adik perempuan. Memasuki usia
kandungan sembilan bulan, adik Ulf itu tak kunjung keluar. Ibu sudah kepayahan.
Kerap kali ibu menyeret kakinya untuk melangkah. Sementara, ibu adalah
perempuan yang sangat aktif. Tak mau pakai kursi roda juga. Sebagai ibu rumah
tangga, ibu sangat produktif. Mesin jahit pemberian mertua lelakinya, ibu
jadikan modal awal berkarya. Ya...hanya berkarya awalnya. Karena ibu sangat
kreatif bermain dengan bahan kain, jarum, dan menggambar model baju. Lama-kelamaan
ibu memproduksi baju sendiri setelah sempat belajar dengan tetangga beda 2
rumah, Mama Ida, namanya. Belajarnya juga bisa dibilang ndak intens karena ibu sibuk
mengasuk anak dan ada mbah putri yang sudah sepuh sakit dirawat ibu di rumah
kami. Bahkan saat hamil pun ibu masih memenuhi permintaan pelanggan. Kadang,
model pakaiannya rumit. Kebaya modern, ala encim, brokat, gaun untuk hari raya
Paskah/Natal, gamis, dll.
Begitulah ibu kami. Hingga akhirnya
tepat di usia kandungan sembilan bulan sepuluh hari, adikku menunjukkan
tanda-tanda hendak keluar. Ibu meringkuk lemas di pojok tempat tidur. Ulf kecil
hanya bisa manggil-manggil ibu sambil mengelus dan memijat kaki ibu. Sementara,
bapak sedang cari kendaraan tuk membawa ibu ke klinik. Sesaat sebelum adik
keluar, listrik mati. Bidan Diah langsung menangani ibu. Alhamdulillah. Adik berkulit
putih bersih dan berpipi merah semu itu bisa lahir dengan selamat. Ibu juga
bisa langsung peluk adik.
Adik perempuan Ulf ini minum
ASInya sangat banyak. Melihat wajahnya saat disusui sungguh membuat rasa hati
bahagia. Sambil menyusui, ibu kerap membacakan shalawat dan menyebutkan nama
setiap anggota keluarga. Ulf ingat saat itu sudah kelas 4 SD. Pas lagi gendong
adik yang saat itu sudah agak besar sekitar usia 6 bulan, seorang teman lewat
di depan rumah. Dia bilang, “Wuih, adeknya Rani (panggilan Ulf di rumah) gede
banget. Awas lho Ran kecengklak trus
jadi bongkok lama-kelamaan. Udah mana bawa tas sekolah setiap hari udah kayak
mau minggat eh ini ditambahin gendong-gendong adek. Bakalan bongkok dah.”
Ulf terdiam. Lalu... “biarin...adek
aku enteng kok, kayak boneka malahan. Nggak berat kayak tas sekolah.”
Memang sih. Dulu itu Ulf sekolah
di SD yang cukup ketat peraturannya dan bawaan bukunya setiap hari banyak. Satu
mata pelajaran harus ada buku cetak, buku catatan, latihan, dan PR. Sementara, sehari
bisa 4 – 5 subjek plus buku agenda yang akan ditulisi guru dan direspon oleh
orangtua. So, bisa dihitung sehari bisa bawa berapa buku dalam tas gemblok. Serunya Ulf kecil tuh udah
merintis membentuk tulang dan otot yang kuat :D
Di dalam rumah, Ulf kecil
merenung (ceile...). Kepikiran kata-kata teman tadi. sambil mikir, Ulf
colek-colek pipi adik cantik yang gembil. Hoho...
Alhasil, selama seminggu lebih
Ulf nggak mau sama sekali gendong adik. Lah...nggak disuruh juga sih. Wong kemarin
itu gendong karena Ulf maksa bapak buat gendong adik. Maksudnya mau bantuin ibu
dan bapak yang lagi repot urus mbah ti. Tapi...lama-kelamaan kok kayak ada yang
hilang. Ruang hati ini rasanya nggak
lengkap.
Ulf terbiasa gendong adik. :’( Apalagi habis itu bapak ngajak kita
foto-foto keluarga di ruang tamu. Satu-satu kita gendong adik. Pas sampai di
Ulf, gayanya canggung gitu. (fotonya sengaja nggak di-upload-malu soalnya :D)
Maka, Ulf putusin buat back to the daily ‘happiness’ routine. Gendong
adik depan or belakang tetap jadi bagian dari keseharian Ulf kecil. Omongan
orang lain? Biarkan berlalu. Bagai putik-putik bunga kapuk yang singgah
sebentar di kepala atau baju lalu pergi tertiup angin. :D
Okay...back to Nesha yaaaa....
(Morning Dew and The Togetherness We Share-Elexmedia)
Jadi, idenya itu dari lihat
tingkah laku adiknya si Ulf dewasa.
Dia suka tidur sambil headset masih menggantung di telinga dengan playlist lagu-lagu K-Pop seru yang terdengar saat mendekat untuk
membangunkannya. Selain itu, adik Ulf juga suka men-share apapun yang lagi hits, apapun
yang ia rasakan, apapun makanan yang lagi disukai, dan habis ketemu siapa aja. Setiap
hari ada aja yang diceritain. Rumah ramai selalu. Malahan, Ulf heran kalau
tetiba adik Ulf sepi. Pasti lagi be-te atau unmood
akibat berbagai hal.
So, Nesha itu sungguh ada. Cantik,
tinggi, putih, kadang serius, sering tanya ini-itu, ramai selalu, dan rajin doing chores (asal jangan disuruh aja-soalnya pasti mandek alias malas ngerjain kalau disuruh)
Thanks, friends yang sudah mampir
dan baca dari tadi. Semoga kita semua selalu akur dan kompak sama keluarga. Love
you, all ^_^