Minggu, 25 Desember 2016
Inilah Beberapa Alasan Bule Suka Makanan Indonesia
Pernahkah kamu mendengar seorang bule mengatakan kalau dia suka nasi goreng, sate, atau bakso?
Sudah bukan berita baru lagi kalau banyak turis asing yang menyukai makanan Indonesia seperti nasi goreng, bakso, sate, atau soto. Makanan-makanan tersebut memang sangat umum dijumpai di negara kita dan mudah sekali mendapatkannya. Warung tenda pinggir jalan, restoran dalam mal hingga hotel bintang lima sering memasukkan makanan tersebut dalam menu sehari-harinya.
Lalu, apa sih yang membuat para bule menyukai makanan-makanan Indonesia tersebut? Berikut penjelasannya.
1. Makanan Indonesia terkenal dengan bumbunya yang kaya. Bumbu-bumbu seperti bawang putih, bawang merah, bawang bombai, lada, garam, dan cabai selalu ada dalam masakan Indonesia. Semua bumbu ini jika dipadukan akan menimbulkan rasa gurih yang khas dan sempurna. Kebanyakan bule menikmati makanan dengan bumbu ala kadarnya di negara asalnya. Itulah mengapa mereka senang makan nasi goreng, mi goreng, soto, bakso, rendang, dan makanan khas kaya bumbu lainnya.
2. Makanan tersebut praktis disantap. Sebagian besar bangsa barat terkenal dengan budaya berpikirnya yang cepat dan disiplin yang tinggi. Mereka sangat menghargai waktu. Sampai untuk urusan makan saja, seringkali mereka mengambil waktu tersingkat supaya bisa segera mengerjakan pekerjaan lainnya. Makanan Indonesia seperti sate, martabak, atau tahu tempe sangat praktis disantap. Bila boleh disamakan sedikit, makanan-makanan tersebut mirip makanan cepat saji di negara asal mereka yang bisa dimakan sambil jalan menuju halte atau saat berkendara. Meskipun agak sedikit repot ya makan sate sambil jalan.
3. Kuncian pedas makanan Indonesia berbeda dengan makanan negara asal para bule
Sambal pedas menjadi ciri khas beragam makanan di Indonesia. Mau makanan dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Manado, Sulawesi, Aceh, atau Kalimantan, memiliki setelah pedas yang berbeda-beda. Semua setelah atau kuncian pedas makanan tersebut tentu sangat berbeda dengan makanan negara asal mereka. Racikan bumbu yang khas membuat sambal menjadi daya tarik bagi para bule saat mencicipi makanan Indonesia. Tidak heran jika nasi goreng pedas, mi goreng pedas, bakso, atau sate dengan sambal banyak diminati oleh mereka.
4. Makanan Indonesia yang mirip dengan makanan negara asal
Menemukan makanan yang mirip dengan makanan di negara sendiri bisa menimbulkan perasaan bahagia tersendiri. Banyak turis yang menyukai sejumlah makanan tertentu karena kemiripannya dengan makanan dari negara asalnya. Sebut saja gado-gado yang mirip dengan salad atau cilok yang mirip dengan topokki dari Korea Selatan.
5. Banyak makanan Indonesia yang unik
Makanan seperti rawon dengan kuah hitamnya sering disangka turis menggunakan tinta cumi. Padahal warna hitam rawon didapat dari bumbu rempah kluwek. Atau papeda yang terbuat dari sagu dan cukup unik cara menikmatinya. Belum lagi masakan Padang atau masakan Sunda yang disantap dengan menggunakan tangan kosong. Bagi sebagian besar orang Barat, makan tanpa alat-alat makan seperti garpu, sendok, pisau, dan sumpit tentu tidak biasa.
Wah, ternyata sesederhana itu orang bule menyukai makanan kita ya?
Disarikan dari berbagai sumber n observe kecil-kecilan^^
7 Hal Menguntungkan Nonton Drama Korea
7 Hal Menguntungkan Nonton Drama Korea, Menguntungkan gimana maksudnya Fah?
Banyak yang merasa emosinya campur aduk saat nonton episode demi episode Drama Korea. Sebentar sedih. Sebentar senang. Sebentar galau. Sebentar marah. Sebentar romantis habis-habisan. Saking ekstrimnya, sampai ada yang merasa kok mirip gejala penyakit kejiwaan tertentu ya? Begitulah drama. Bukankah Indonesia juga punya sinetron yang kerap menguras emosi penontonnya? Sampai-sampai terbawa di kehidupan sehari-hari penontonnya. Misalnya, jadi meniru cara bicara, pembawaan, atau cara berpakaian karakter drama tersebut.
Meski emosi campur aduk, drama Korea sebetulnya punya sisi inspiratifnya sendiri. Dan ini bisa menguntungkan kita. Apa sajakah inspirasi yang bisa kita gali dari drama Korea? Berikut penjelasannya.
1. Mengajarkan Pengalihan Emosi Negatif
Sering sekali kita lihat di drama Korea adegan seorang perempuan menginjak-injak rendaman cucian dalam bak besar atau membuat banyak kimchii dengan sarung tangan karet warna-warni. Seperti dalam drama Cunning Single Lady. Tokoh Na Ae Ra yang diperankan oleh Lee Min Jung pada suatu malam mencuci seprai di dalam kamar mandinya yang berukuran tak terlalu besar. Ia menginjak-injak rendaman seprai dalam bak besar berisi air sabun bukan tanpa alasan. Ia galau bin kesal dikerjai oleh mantan suaminya yang juga CEO di tempatnya bekerja. Ia melepaskan emosi negatif dengan cara yang bisa dibilang cukup menyehatkan. Membuat tubuh bergerak dan seprai pun bersih. Kalau kita lagi galau, bisa juga nih dipraktekkan. Galau hilang pelan-pelan, lemak jahat menyusut, dan hemat karena tidak perlu pergi ke laundry.
2. Melatih Cinta Produk Dalam Negeri
Sebuah produk ditaruh di adegan tertentu untuk promosi sudah sering kita lihat ya dalam berbagai drama atau film. Yang hebat dari Korea Selatan ini adalah ia selalu menempatkan produk-produk dalam negeri seperti produk ponsel kenamaan di Korea, produk make up, tas, baju, sepatu, makanan khas bahkan produk-produk handmade seperti boneka khas Korea, gantungan ponsel, dan rajutan lebih sering daripada produk luar Korea. Kamu tentu masih ingat adegan dalam drama Boys Before Flowers dimana Geum Jan Di dan keluarganya sedang membuat boneka panda berwarna pink untuk dijual, bukan? Atau boneka kelinci handmade dengan hidung babi dalam drama He’s Beautiful? Dan bagaimana tteokbokki alias kue beras yang dimasak bersama bumbu gochujang itu menjadi ikonik sekali karena sering disantap saat galau sendiri atau lagi seru bersama teman. Betapa penonton digiring untuk menemukan sederhananya bahagia dengan menyantap makanan khas atau mengenakan produk dalam negerinya sendiri. Sementara, dalam drama The Master’s Sun, tokoh Tae Gong Shil yang diperankan oleh Gong Hyo Jin juga memberi kesan mendalam saat sedih dengan ia memakan tahu putih yang dibungkus kantung plastik hitam kecil seperti yang ada di rumah kita. Ia percaya kandungan gizi dalam tahu dapat menguatkan fisik yang sedang lelah karena sedih. So simple but meaningful.
3. Friendship Is Beautiful
Drama Korea sering menyuguhkan persahabatan yang indah dengan beragam pernak-perniknya. Saling menghargai dan memahami sahabat satu sama lain meski ada perilaku buruk yang dilakukan oleh masing-masing orang. Sebut saja drama Reply 1994, Reply 1997, Reply 1998. Kental sekali dengan cerita persahabatan. Tidak hanya persahabatan antara teman dekat, drama Korea juga memperlihatkan persahabatan antara pasangan kekasih. Seperti adegan mencucikan rambut pasangan atau menggosokkan gigi suami saat dia sedang sakit dan tidak mampu melakukannya. Inspiratif sekali untuk kamu yang sudah memiliki pasangan halal ya.
4. Tahu Menghargai Diri Sendiri
Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menghargai diri sendiri. Salah satunya, dengan merawat tubuh dengan baik. Setidaknya, ada dua cara merawat tubuh yang biasa dilakukan wanita dalam drama Korea. Mereka akan mulai dari pemilihan skin care dan body shape. Seperti apa yang dilakukan oleh Oh Ha Na (Ha Ji Won) dalam serial drama The Time We Were Not In Love. Ha Na yang sukses dalam karirnya sebagai kepala tim marketing di sebuah perusahaan sepatu ternama selalu menghadiahi dirinya sendiri dengan barang-barang berkualitas mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Oh Ha Na memilih perawatan wajah dan make up terbaik untuk penampilannya sehari-hari sebagai wanita karir. Sementara, untuk menjaga bentuk tubuh dan kesehatan, ia rajin berolahrga seperti jogging dan bersepeda. Semua ia lakukan karena sayang pada dirinya dan pekerjaannya.
5. Belajar Kerja Keras
Semua tahu jika drama Korea selalu menyuguhkan karakter-karakter pekerja keras yang tough, responsible dan menawan. Apapun bidang pekerjaannya dan sesulit apapun rintangannya. Hendaknya ini bisa menjadi inspirasi kita dalam mengerjakan sesuatu hingga tuntas.
6. Belajar Menghargai Orang Sekitar
Drama yang berbau psikologi biasanya menekankan pada bagaimana cara menghargai orang sekitar. Terutama, mereka yang memiliki kehidupan berbeda dari orang kebanyakan. Seperti drama It’s Ok That’s Love, kita diajak untuk berempati dengan keadaan jiwa orang-orang spesial. Kita tetap harus bisa menghargai keberadaan mereka sebagaimana kita menghargai keberadaan orang normal pada umumnya. Sebagai contoh, bagaimana jika ada seorang pengidap sindrom Tourette yang kambuh di dekat kita, apa yang sebaiknya kita lakukan untuk membantunya. Atau bagaimana menghadapi seorang penulis terkenal yang divonis mengidap skizofrenia karena trauma masa lalunya. Seperti yang dialami oleh Jang Jae Yool, diperankan oleh Jo In Sung. Jang Jae Yool sangat menghargai keberadaan ibunya dalam kehidupannya. Bagaimana ibunya sangat membantu dirinya keluar dari trauma masa lalu dan membangun karir sebagai penulis.
7. Mendatangkan Income
Nah...ini nih yang ditunggu-tunggu. Tapi, bagaimana mungkin nonton drama Korea bisa mendatangkan income? Tentu bisa. Jika kamu menjadikan drama Korea ini tidak hanya sekadar hiburan semata, tetapi juga alat observasi cerita. Lho, jadi penulis dong? Tepat sekali! Saat ini profesi penulis cukup menjanjikan untuk masa depan. Banyak sektor yang membutuhkan penulis. Ah, tapi aku nggak bakat jadi penulis. Eits, tunggu dulu. Menulis bukan hanya soal bakat. Melainkan juga kemauan. Jika ada kemauan, pasti ada jalan. Ingin tambahan income atau justru ingin berpenghasilan dari menulis cerita, tentunya harus berkemauan keras. Kamu bisa mulai dengan menulis fan fiction. Apa sih? Itu lho menulis fiksi tentang musisi K-pop. Bagaimana kamu menjadikan tokoh Kpopmu sebagai tokoh sentral di fiksi kamu. Kalau sudah jadi ceritanya, bisa dikirimkan ke penerbit-penerbit tertentu seperti Penerbit Haru, Plot Point, Penerbit Bentang Pustaka, atau majalah yang memuat fan fiction. Selain menulis fan fiction, kamu juga bisa menulis novel romantis hingga menulis skenario. Banyak sinetron populer di Indonesia yang terinspirasi dari cerita dalam drama Korea. Honor penulis skenario sinetron populer sangat menggiurkan sekali. Kamu bisa dapat dua digit angka di depan enam angka 0 (nol) untuk satu episodenya lho. Sekarang, tinggal pilih, kamu mau jadi penulis yang mana?
Hendaknya kita menjadi penonton drama Korea yang bijak. Tahu batasan budaya. Mengambil hal positif sebagai inspirasi dalam kehidupan kita. Dan meninggalkan hal-hal negatif yang mungkin ada dalam adegan drama. Hal negatif dijadikan sebagai informasi saja bahwa di budaya Korea atau perilaku manusia pada umumnya ada hal semacam itu. Kita justru harus bisa menghindari melakukan perilaku negatif tersebut.
Banyak yang merasa emosinya campur aduk saat nonton episode demi episode Drama Korea. Sebentar sedih. Sebentar senang. Sebentar galau. Sebentar marah. Sebentar romantis habis-habisan. Saking ekstrimnya, sampai ada yang merasa kok mirip gejala penyakit kejiwaan tertentu ya? Begitulah drama. Bukankah Indonesia juga punya sinetron yang kerap menguras emosi penontonnya? Sampai-sampai terbawa di kehidupan sehari-hari penontonnya. Misalnya, jadi meniru cara bicara, pembawaan, atau cara berpakaian karakter drama tersebut.
Meski emosi campur aduk, drama Korea sebetulnya punya sisi inspiratifnya sendiri. Dan ini bisa menguntungkan kita. Apa sajakah inspirasi yang bisa kita gali dari drama Korea? Berikut penjelasannya.
1. Mengajarkan Pengalihan Emosi Negatif
Sering sekali kita lihat di drama Korea adegan seorang perempuan menginjak-injak rendaman cucian dalam bak besar atau membuat banyak kimchii dengan sarung tangan karet warna-warni. Seperti dalam drama Cunning Single Lady. Tokoh Na Ae Ra yang diperankan oleh Lee Min Jung pada suatu malam mencuci seprai di dalam kamar mandinya yang berukuran tak terlalu besar. Ia menginjak-injak rendaman seprai dalam bak besar berisi air sabun bukan tanpa alasan. Ia galau bin kesal dikerjai oleh mantan suaminya yang juga CEO di tempatnya bekerja. Ia melepaskan emosi negatif dengan cara yang bisa dibilang cukup menyehatkan. Membuat tubuh bergerak dan seprai pun bersih. Kalau kita lagi galau, bisa juga nih dipraktekkan. Galau hilang pelan-pelan, lemak jahat menyusut, dan hemat karena tidak perlu pergi ke laundry.
2. Melatih Cinta Produk Dalam Negeri
Sebuah produk ditaruh di adegan tertentu untuk promosi sudah sering kita lihat ya dalam berbagai drama atau film. Yang hebat dari Korea Selatan ini adalah ia selalu menempatkan produk-produk dalam negeri seperti produk ponsel kenamaan di Korea, produk make up, tas, baju, sepatu, makanan khas bahkan produk-produk handmade seperti boneka khas Korea, gantungan ponsel, dan rajutan lebih sering daripada produk luar Korea. Kamu tentu masih ingat adegan dalam drama Boys Before Flowers dimana Geum Jan Di dan keluarganya sedang membuat boneka panda berwarna pink untuk dijual, bukan? Atau boneka kelinci handmade dengan hidung babi dalam drama He’s Beautiful? Dan bagaimana tteokbokki alias kue beras yang dimasak bersama bumbu gochujang itu menjadi ikonik sekali karena sering disantap saat galau sendiri atau lagi seru bersama teman. Betapa penonton digiring untuk menemukan sederhananya bahagia dengan menyantap makanan khas atau mengenakan produk dalam negerinya sendiri. Sementara, dalam drama The Master’s Sun, tokoh Tae Gong Shil yang diperankan oleh Gong Hyo Jin juga memberi kesan mendalam saat sedih dengan ia memakan tahu putih yang dibungkus kantung plastik hitam kecil seperti yang ada di rumah kita. Ia percaya kandungan gizi dalam tahu dapat menguatkan fisik yang sedang lelah karena sedih. So simple but meaningful.
3. Friendship Is Beautiful
Drama Korea sering menyuguhkan persahabatan yang indah dengan beragam pernak-perniknya. Saling menghargai dan memahami sahabat satu sama lain meski ada perilaku buruk yang dilakukan oleh masing-masing orang. Sebut saja drama Reply 1994, Reply 1997, Reply 1998. Kental sekali dengan cerita persahabatan. Tidak hanya persahabatan antara teman dekat, drama Korea juga memperlihatkan persahabatan antara pasangan kekasih. Seperti adegan mencucikan rambut pasangan atau menggosokkan gigi suami saat dia sedang sakit dan tidak mampu melakukannya. Inspiratif sekali untuk kamu yang sudah memiliki pasangan halal ya.
4. Tahu Menghargai Diri Sendiri
Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menghargai diri sendiri. Salah satunya, dengan merawat tubuh dengan baik. Setidaknya, ada dua cara merawat tubuh yang biasa dilakukan wanita dalam drama Korea. Mereka akan mulai dari pemilihan skin care dan body shape. Seperti apa yang dilakukan oleh Oh Ha Na (Ha Ji Won) dalam serial drama The Time We Were Not In Love. Ha Na yang sukses dalam karirnya sebagai kepala tim marketing di sebuah perusahaan sepatu ternama selalu menghadiahi dirinya sendiri dengan barang-barang berkualitas mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Oh Ha Na memilih perawatan wajah dan make up terbaik untuk penampilannya sehari-hari sebagai wanita karir. Sementara, untuk menjaga bentuk tubuh dan kesehatan, ia rajin berolahrga seperti jogging dan bersepeda. Semua ia lakukan karena sayang pada dirinya dan pekerjaannya.
5. Belajar Kerja Keras
Semua tahu jika drama Korea selalu menyuguhkan karakter-karakter pekerja keras yang tough, responsible dan menawan. Apapun bidang pekerjaannya dan sesulit apapun rintangannya. Hendaknya ini bisa menjadi inspirasi kita dalam mengerjakan sesuatu hingga tuntas.
6. Belajar Menghargai Orang Sekitar
Drama yang berbau psikologi biasanya menekankan pada bagaimana cara menghargai orang sekitar. Terutama, mereka yang memiliki kehidupan berbeda dari orang kebanyakan. Seperti drama It’s Ok That’s Love, kita diajak untuk berempati dengan keadaan jiwa orang-orang spesial. Kita tetap harus bisa menghargai keberadaan mereka sebagaimana kita menghargai keberadaan orang normal pada umumnya. Sebagai contoh, bagaimana jika ada seorang pengidap sindrom Tourette yang kambuh di dekat kita, apa yang sebaiknya kita lakukan untuk membantunya. Atau bagaimana menghadapi seorang penulis terkenal yang divonis mengidap skizofrenia karena trauma masa lalunya. Seperti yang dialami oleh Jang Jae Yool, diperankan oleh Jo In Sung. Jang Jae Yool sangat menghargai keberadaan ibunya dalam kehidupannya. Bagaimana ibunya sangat membantu dirinya keluar dari trauma masa lalu dan membangun karir sebagai penulis.
7. Mendatangkan Income
Nah...ini nih yang ditunggu-tunggu. Tapi, bagaimana mungkin nonton drama Korea bisa mendatangkan income? Tentu bisa. Jika kamu menjadikan drama Korea ini tidak hanya sekadar hiburan semata, tetapi juga alat observasi cerita. Lho, jadi penulis dong? Tepat sekali! Saat ini profesi penulis cukup menjanjikan untuk masa depan. Banyak sektor yang membutuhkan penulis. Ah, tapi aku nggak bakat jadi penulis. Eits, tunggu dulu. Menulis bukan hanya soal bakat. Melainkan juga kemauan. Jika ada kemauan, pasti ada jalan. Ingin tambahan income atau justru ingin berpenghasilan dari menulis cerita, tentunya harus berkemauan keras. Kamu bisa mulai dengan menulis fan fiction. Apa sih? Itu lho menulis fiksi tentang musisi K-pop. Bagaimana kamu menjadikan tokoh Kpopmu sebagai tokoh sentral di fiksi kamu. Kalau sudah jadi ceritanya, bisa dikirimkan ke penerbit-penerbit tertentu seperti Penerbit Haru, Plot Point, Penerbit Bentang Pustaka, atau majalah yang memuat fan fiction. Selain menulis fan fiction, kamu juga bisa menulis novel romantis hingga menulis skenario. Banyak sinetron populer di Indonesia yang terinspirasi dari cerita dalam drama Korea. Honor penulis skenario sinetron populer sangat menggiurkan sekali. Kamu bisa dapat dua digit angka di depan enam angka 0 (nol) untuk satu episodenya lho. Sekarang, tinggal pilih, kamu mau jadi penulis yang mana?
Hendaknya kita menjadi penonton drama Korea yang bijak. Tahu batasan budaya. Mengambil hal positif sebagai inspirasi dalam kehidupan kita. Dan meninggalkan hal-hal negatif yang mungkin ada dalam adegan drama. Hal negatif dijadikan sebagai informasi saja bahwa di budaya Korea atau perilaku manusia pada umumnya ada hal semacam itu. Kita justru harus bisa menghindari melakukan perilaku negatif tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)