Rabu, 15 Mei 2024

Kenali Tanda Jika Kehidupan Medsosmu Mengambil Alih Kehidupan Nyatamu

Ada begitu banyak jenis komunikasi yang bisa manusia usahakan dalam kehidupan sosialnya. Salah satunya adalah dengan menggunakan media sosial. Namun, apa jadinya jika alat komunikasi ini kemudian malah bergeser fungsi jadi empty box seseorang dimana ia bisa bebas menumpahkan segala keluh kesah, ekspresi diri, dan opini yang tak dapat ia tumpahkan di dunia nyata, maksud saya, dunia tempat ia berasal. Ruang kosong ini menjadi tempat ternyaman baginya sehingga apapun yang ia kerjakan seharian, empty box ini akan selalu menjadi bagian dari prioritas hidupnya.
Tak ada yang salah dengan kehadiran empty box seperti yang saya gambarkan di atas. Namun, sebagai manusia kita sebaiknya menyadari ada yang berubah pada cara kita hidup/berkomunikasi. Jika tidak ditangani dengan baik, seseorang bisa saja terjebak dalam ruang berpikir kamu sendiri sebebas-bebasnya hingga karakter selfish atau egois kamu mendominasi keseharian kamu. Aku selalu benar dengan pendapatku sendiri.
 Itu hanya salah satu contoh betapa media sosial yang merupakan ruang publik ini bisa menjebak kamu dalam pemikiran MR RIGHT kamu yang tak berujung dan tak bisa disangkal meski salah.
Medsos tak ubahnya seperti sistem obrolan internal di sebuah perusahaan dimana orang-orang dalam satu divisi bisa saling memberitahu kabar status/apa yang sedang dilakukan atau alami detik itu. Sehingga mereka yang berada dalam satu ruang obrolan yang sama bisa tahu kapan waktu/momen yang tepat untuk bisa menghubungi atau sekadar say bye sebelum log out. Sesederhana itu. Namun, kompleksnya otak manusia dan banyaknya hasrat serta passion telah membuat medsos ini begitu berwarna. Jadi ajang pamer? Sudah pasti karena hidup kita kalalu lagi bosan gak jauh deh dari pamer. Punya uang kayaknya enak nih beli pizza ukuran large. Tak lupa potret pizza sekeren mungkin, lalu posting. Habis itu dimakanlah pizza dengan nikmat. Kadang gak di medsos pun seseorang mudah saja bercerita kan betapa nikmatnya makan di restoran X, bla…bla…bla..
Ketika medsos jadi empty box yang seseorang isi dengan wajar, maka itu bisa jadi pelepasan emosi/stres yang baik. Namun, jika kehidupan medsosmu ternyata mampu mengambil alih dunia nyatamu, menjadi segalanya di hidupmu dengan segala bentuk pencitraan berlebihan yang kamu suguhkan, maka kamu perlu tarik tuas rem dirimu. Kamu masih bisa menemukannya di balik kejernihan dan kedewasaan berpikirmu.
Lalu, tanda-tanda apa saja yang perlu kita kenali manakala kehidupan medsos kita sudah mengambil alih kehidupan nyata kita?

HANYA SATU TUJUAN
Dari pagi sampai malam, semua yang kamu pikirkan hanya bagaimana caranya mengisi postingan-postingan di medsosmu. Mungkin ada yang menggunakan medsos sebagai sarana menjemput rezeki dengan berjualan, mempromosikan jasa dan barang, dan menjadi terkenal sehingga bisa menghasilkan pundi-pundi uang. Jika kamu berada dalam posisi ini tentu saja kamu akan memikirkan konsep bermedsos kamu. Selama masih dalam batas wajar, kamu tentu akan baik-baik saja manakala terlewat satu hari tanpa postingan apapun. Yang sudah berlebihan jika satu hari terlewat dan kamu belum memposting apapun demi satu tujuan terlampaui hari itu. Kamu pun uring-uringan dan berusaha membuat suatu konten yang mungkin jadi meresahkan banyak pengikut medsosmu.

KETERGANTUNGAN AKUT
Manusia kan memang punya arah sikap untuk memiliki ketergantungan akan sesuatu. Jika sudah teramat dramatis arah sikapnya ini maka bisa menimbulkan ketergantungan akut. Sampai-sampai tiap lima menit sekali kudu post something. Mulai dari sarapan, mencuci peralatan makan, hingga mengabadikan momen meeting proyek rahasia di kantor. Kalau sudah begini, kamu bisa dimasukkan ke dalam kategori freak atau medsos freak yang tak tahu tempat dan kondisi. Sebaiknya mulai rem diri kamu untuk ketergantungan seperti ini. Mungkin bisa dimulai dengan mengasihani baterai hp yang cepat habis karena intensitas pemakaian kamu dalam sehari.

MEREKAM SEGALA SESUATU DI SEKITARMU
Menjadi citizen journalism mungkin dambaan banyak orang. Termasuk kamu. Apalagi kamu punya hp keren yang selalu siap mengabadikan apa saja kejadian di sekitarmu. Akan sangat berbahaya bagi kamu jika setip kejadian kamu rekam lalu kamu posting di medsos. Kesannya kayak bukan citizen journalism lagi lho, tapi apa ya budak gadget? Salah-salah akun kamu nanti akan dilabeli akun pemecah belah masyarakat-lah, akun perusuh, akun pengadu, dan label buruk lainnya. Eh, atau label positif bagi mereka yang berpikiran buruk dan butuh sesuatu seru untuk dibicarakan tapi tidak memikirkan efeknya bagi orang yang mengalaminya (berada dalam video itu, contoh video orang pacaran lagi berantem di pinggir jalan).

MURKA KALAU INTERNET LOADING LAMA
Ini tanda yang paling mudah terlihat. Mereka yang dunia medsosnya mulai mengambil alih dunia nyatanya bisa berubah 1800 manakala menemui loading lambat pada jaringan internetnya. Mereka bisa lho meneror mimin providernya via DM Twitter atau Instagram hingga berujung pada ancaman akan menulis tentang keburukan provider tersebut di media massa.

TAK PERLU DENGAR KATA ORANG
Mungkin orangtua, pasangan, atau bahkan anak kamu sendiri mulai jengah dengan apa yang kamu lakukan di medsos. Adakalanya mereka bicara padamu soal ini. Jika respon kamu adalah super cuek, tak peduli, dan masa bodoh maka fixed kehidupan medsos kamu dah mengambil alih kehidupan nyatamu. Bukankah pasangan dan orang-orang di sekitarmu adalah yang paling peduli padamu saat kamu sakit atau berada dalam titik terendah?

HOW TO CONTROL
Mungkin kamu sudah sampai di titik jenuh dengan semua tentang medsos. Kamu dah merasa kenal betul tanda-tanda di atas ada pada diri kamu dan kamu mau putar balik ke kehidupan normal semula. Yang harus kamu lakukan adalah percaya sama diri kamu sendiri. Malam sebelum tidur coba kamu pandangi wajah-wajah orang terkasih yang berada dalam pelukan. Seberuntung itu kamu masih membersamai mereka. Jika kamu perlu menguatkan rasa syukur kamu nyata adanya, kamu masih bisa kok posting foto kebersamaan kamu dengan keluarga atau orang-orang terkasih. Jangan lupa untuk menjadikan postingan kamu ini hadiah atau contoh nyata bagi para pengikutmu di medsos.
Selanjutnya, kamu bisa terlibat dalam komunitas medsos yang berkiblat pada kebaikan, keindahan jiwa, kejernihan berpikir, atau mingkin hobi positif yang bisa membuat medsos kamu jauh lebih baik. Hal-hal baik memang selalu ‘nagih’ untuk dilakukan, tetapi ada baiknya kamu punya daya untuk tarik tuas rem supaya kamu gak sibuk terus di medsos. Ingat, mereka di sekitarmu butuh kehangatan dari kehadiranmu.

Selasa, 14 Mei 2024

Mengapa Kesepian di Tengah Keramaian?

Suatu hari, saya mendapati obrolan seru di ruang publik tentang kesepian. Ruang publik yang saya maksud media sosial berlatar biru. Obrolan di postingan sebuah akun pribadi ini saya nilai seru karena orang-orang yang terlibat di dalamnya sangat aktif me-reply komentar baru, bahasa yang digunakan seperti bahasa sehari-hari, dan sama sekali tak peduli jika orang-orang terdekatnya di dunia nyata membaca. Awalnya saya tak terlalu tertarik dengan obrolan itu. Saya skip sampai dua kali karena thread selalu berada di postingan teratas HOME saya. Hingga akhirnya, ada sebuah reply yang membuat saya berhenti dan memutuskan untuk melihat isi thread secara keseluruhan.
Kurang lebih kalimatnya berbunyi…
Jangan tlalu dipikirin kalo kamu jomblo, kakak aja nikah masih ngerasa sepi. Nikah gak jamin bikin kamu tentrem ati.
 Wajar sih jika ada komentar seperti ini di postingan tersebut. Lah wong sang pemilik akun itu lagi berkeluh kesah betapa kehidupan pernikahan yang dijalaninya ternyata jauh dari khayalannya sendiri tentang pernikahan. Khayalan yang bercampur dengan keinginan. Sang istri pemilik akun ini saat masih single dan sangat produktif bekerja di sebuah perusahaan dulu itu membayangkan jika ia akan mengalami kehidupan pernikahan yang selalu ramai, tak pernah kecewa, dan tak pernah dilanda rasa kesepian. Nyatanya, meskipun ia mendapatkan suami dengan keluarga besar yang rutin mengadakan pertemuan dwi mingguan untuk bersenang-senang, ia masih saja merasa kesepian. Ia tak mengerti mengapa rasa itu kerap menghantuinya. Padahal ia dan suami berasal dari keluarga dengan level ekonomi setara, memiliki hobi yang tak begitu berbeda jauh, dan bisa saling mengisi satu sama lain. Anehnya, titik rasa sepi selalu datang.
Saya pikir, mungkin itu rasa bosan sesaat karena rutinitas sehari-hari. Tapi, ah… siapa saya meraba kemungkinan seperti itu. Dan bukankah kehidupan pernikahan memang tak pernah bisa diraba oleh siapapun di luar rumahtangga pasangan itu sendiri?
Dan saya menulis ini untuk mengangkat tema kesepian di tengah keramaian ini. Kasus lainnya, pernahkah kamu memperhatikan foto wefie (selfie beramai-ramai) segrup kalian usai makan siang bersama di suatu tempat yang nyaman? Mungkin satu atau dua orang memiliki pandangan mata yang ‘kesepian di tengah keramaian’. Meskipun bibirnya tersenyum dan interaksi kalian sangat bagus. Well, kesepian memang mudah dikenali dalam diri seseorang. Tanpa harus dia mengatakannya.
Lalu, mengapa sih kesepian di tengah keramaian? Ini IMHO lho ya, in my humble opinion. Dari sejauh yang saya pahami. Jadi, kalau ada pendapat yang berbeda ya gpp hehe. Bukan hal yang mesti diperdebatkan dengan sengit. Semua kembali ke diri masing-masing.

It’s Not Your Territory
Bisa jadi kamu merasa kesepian di tengah keramaian karena satu hal ini. This is not my place. This is not where I belong. Ini bukan teritori gue. Hanya saja kamu denial terhadap hal ini sehingga alam bawah sadar kamu menguasainya. Dalam kasus rumah tangga tadi, justru ini tempat dia. Toh dia masih merasa kesepian. Mungkin bukan itu alasan mengapa ia kesepian di tengah keramaian.

Aku Dilanda Kebosanan Akut
Rasa bosan akut bisa saja dialami seseorang. Apakah kamu sedang berada dalam kondisi stabil dalam rutinitas? Apakah kamu sedang kesulitan dalam mengerjakan suatu pekerjaan? Atau apakah kamu sedang tak puas terhadap sesuatu atau banyak hal? Hal ini bisa menyebabkan kebosanan akut. Bahkan untuk hang out keluar bersama teman-teman rasanya berat melangkah. Tapi, mau tidak mau kamu harus pergi. Jadilah foto wefie kamu tampak biasa, namun matamu yang tak biasa. Siapa yang melihatnya tahu kamu kesepian.

Kamu Sedang Tak Butuh Ramai
Seorang penyendiri tak butuh keramaian. Dia hanya butuh berada di tempat sunyi, tempatnya sendiri yang paling nyaman, dan dengan kegiatan tertentu yang ia sukai. Namun, jika kamu bukan penyendiri, kamu tak butuh keramaian karena memang sedang tak ingin. Sesekali mungkin kamu perlu berada di keramaian. Dalam kondisi kesepian di tengah keramaian, mungkin saja kamu memang sedang tak butuh ramai.

Kesepian Datang Tanpa Sebab
Dalam beberapa kasus kesepian, kesepian justru datang dengan sendirinya. Hati seseorang terasa sepi tiba-tiba tanpa pemicu. Sudah melakukan ritual ibadah sekalipun, rasa sepi itu tetap datang. Sudah melakukan hobi yang disukai pun juga sama. Orang-orang sekitar yang berusaha menghibur kamu dengan mengajak keluar pun tak bisa membantu kesepian kamu.

Ada Sesuatu Yang Mengganggu Pikiran
Senyum manis seseorang, nilai ujian yang tak memuaskan, dan gaji yang dipotong bisa saja mengganggu pikiran kamu. Hingga itu merasuk ke jiwa kamu dan kamu sulit menghindarinya. Saat itulah rasa kesepian perlahan menggelayutimu.

Lalu, kapan rasa kesepian itu harus dienyahkan?

Mengganggu Kualitas Tidur Kamu
Saat malam hari adalah saat yang tepat bagi si kesepian untuk tak terpejam. Ada perasaan untuk tidak tidur lebih cepat atau bahkan tidak tidur sama sekali hingga ayam berkokok. Saat itulah kualitas tidur kamu terganggu dan kamu akan mengalami hari siang yang sulit.

Terikat Dengan Sesuatu
Kalau kamu sebentar-sebentar cek hp atau harus membawa kendaraan kamu bahkan hanya untuk membeli sesuatu ke warung, kamu harus waspada akan kesepian akut yang kamu rasakan. Sepertinya kamu tak bisa jauh sebentar saja dengan benda tertentu atau kegiatan tertentu seperti melakukan yoga, pilates, dan bersepeda. Semua dilihat orang berlebihan.

Marah Akan Hal-hal Kecil
Kesepian yang harus segera dienyahkan adalah manakala kamu mencapai tahap dimana kamu marah akan hal-hal kecil. Misalnya, kamu kehilangan satu jepit rambut sementara ada begitu banyak jepit rambut di meja riasmu. Atau kamu marah jika koneksi internet terputus hanya untuk lima detik saja. Saat inilah kamu perlu mewaspadai kesepian yang tengah melanda kamu.
Ketika kamu sampai pada kalimat ini, mungkin kamu berpikir bagaimana cara mengenyahkan kesepian itu. Jika itu yang kamu rasakan, saya punya saran. Satu saja.
Kamu harus percaya pada diri sendiri kamu bisa mengenyahkan kesepian ini. Kamu bersyukur masih diberikan napas hari ini.
Selamat menikmati hari-harimu ke depan. Semoga kamu menemukan apa yang kamu cari. Dan artikel ini kutulis dengan sepenuh hati. Makasih ya dah jadi pembaca tulisan saya kali ini.


With love,
Ulf