Selasa, 14 Mei 2024

Mengapa Kesepian di Tengah Keramaian?

Suatu hari, saya mendapati obrolan seru di ruang publik tentang kesepian. Ruang publik yang saya maksud media sosial berlatar biru. Obrolan di postingan sebuah akun pribadi ini saya nilai seru karena orang-orang yang terlibat di dalamnya sangat aktif me-reply komentar baru, bahasa yang digunakan seperti bahasa sehari-hari, dan sama sekali tak peduli jika orang-orang terdekatnya di dunia nyata membaca. Awalnya saya tak terlalu tertarik dengan obrolan itu. Saya skip sampai dua kali karena thread selalu berada di postingan teratas HOME saya. Hingga akhirnya, ada sebuah reply yang membuat saya berhenti dan memutuskan untuk melihat isi thread secara keseluruhan.
Kurang lebih kalimatnya berbunyi…
Jangan tlalu dipikirin kalo kamu jomblo, kakak aja nikah masih ngerasa sepi. Nikah gak jamin bikin kamu tentrem ati.
 Wajar sih jika ada komentar seperti ini di postingan tersebut. Lah wong sang pemilik akun itu lagi berkeluh kesah betapa kehidupan pernikahan yang dijalaninya ternyata jauh dari khayalannya sendiri tentang pernikahan. Khayalan yang bercampur dengan keinginan. Sang istri pemilik akun ini saat masih single dan sangat produktif bekerja di sebuah perusahaan dulu itu membayangkan jika ia akan mengalami kehidupan pernikahan yang selalu ramai, tak pernah kecewa, dan tak pernah dilanda rasa kesepian. Nyatanya, meskipun ia mendapatkan suami dengan keluarga besar yang rutin mengadakan pertemuan dwi mingguan untuk bersenang-senang, ia masih saja merasa kesepian. Ia tak mengerti mengapa rasa itu kerap menghantuinya. Padahal ia dan suami berasal dari keluarga dengan level ekonomi setara, memiliki hobi yang tak begitu berbeda jauh, dan bisa saling mengisi satu sama lain. Anehnya, titik rasa sepi selalu datang.
Saya pikir, mungkin itu rasa bosan sesaat karena rutinitas sehari-hari. Tapi, ah… siapa saya meraba kemungkinan seperti itu. Dan bukankah kehidupan pernikahan memang tak pernah bisa diraba oleh siapapun di luar rumahtangga pasangan itu sendiri?
Dan saya menulis ini untuk mengangkat tema kesepian di tengah keramaian ini. Kasus lainnya, pernahkah kamu memperhatikan foto wefie (selfie beramai-ramai) segrup kalian usai makan siang bersama di suatu tempat yang nyaman? Mungkin satu atau dua orang memiliki pandangan mata yang ‘kesepian di tengah keramaian’. Meskipun bibirnya tersenyum dan interaksi kalian sangat bagus. Well, kesepian memang mudah dikenali dalam diri seseorang. Tanpa harus dia mengatakannya.
Lalu, mengapa sih kesepian di tengah keramaian? Ini IMHO lho ya, in my humble opinion. Dari sejauh yang saya pahami. Jadi, kalau ada pendapat yang berbeda ya gpp hehe. Bukan hal yang mesti diperdebatkan dengan sengit. Semua kembali ke diri masing-masing.

It’s Not Your Territory
Bisa jadi kamu merasa kesepian di tengah keramaian karena satu hal ini. This is not my place. This is not where I belong. Ini bukan teritori gue. Hanya saja kamu denial terhadap hal ini sehingga alam bawah sadar kamu menguasainya. Dalam kasus rumah tangga tadi, justru ini tempat dia. Toh dia masih merasa kesepian. Mungkin bukan itu alasan mengapa ia kesepian di tengah keramaian.

Aku Dilanda Kebosanan Akut
Rasa bosan akut bisa saja dialami seseorang. Apakah kamu sedang berada dalam kondisi stabil dalam rutinitas? Apakah kamu sedang kesulitan dalam mengerjakan suatu pekerjaan? Atau apakah kamu sedang tak puas terhadap sesuatu atau banyak hal? Hal ini bisa menyebabkan kebosanan akut. Bahkan untuk hang out keluar bersama teman-teman rasanya berat melangkah. Tapi, mau tidak mau kamu harus pergi. Jadilah foto wefie kamu tampak biasa, namun matamu yang tak biasa. Siapa yang melihatnya tahu kamu kesepian.

Kamu Sedang Tak Butuh Ramai
Seorang penyendiri tak butuh keramaian. Dia hanya butuh berada di tempat sunyi, tempatnya sendiri yang paling nyaman, dan dengan kegiatan tertentu yang ia sukai. Namun, jika kamu bukan penyendiri, kamu tak butuh keramaian karena memang sedang tak ingin. Sesekali mungkin kamu perlu berada di keramaian. Dalam kondisi kesepian di tengah keramaian, mungkin saja kamu memang sedang tak butuh ramai.

Kesepian Datang Tanpa Sebab
Dalam beberapa kasus kesepian, kesepian justru datang dengan sendirinya. Hati seseorang terasa sepi tiba-tiba tanpa pemicu. Sudah melakukan ritual ibadah sekalipun, rasa sepi itu tetap datang. Sudah melakukan hobi yang disukai pun juga sama. Orang-orang sekitar yang berusaha menghibur kamu dengan mengajak keluar pun tak bisa membantu kesepian kamu.

Ada Sesuatu Yang Mengganggu Pikiran
Senyum manis seseorang, nilai ujian yang tak memuaskan, dan gaji yang dipotong bisa saja mengganggu pikiran kamu. Hingga itu merasuk ke jiwa kamu dan kamu sulit menghindarinya. Saat itulah rasa kesepian perlahan menggelayutimu.

Lalu, kapan rasa kesepian itu harus dienyahkan?

Mengganggu Kualitas Tidur Kamu
Saat malam hari adalah saat yang tepat bagi si kesepian untuk tak terpejam. Ada perasaan untuk tidak tidur lebih cepat atau bahkan tidak tidur sama sekali hingga ayam berkokok. Saat itulah kualitas tidur kamu terganggu dan kamu akan mengalami hari siang yang sulit.

Terikat Dengan Sesuatu
Kalau kamu sebentar-sebentar cek hp atau harus membawa kendaraan kamu bahkan hanya untuk membeli sesuatu ke warung, kamu harus waspada akan kesepian akut yang kamu rasakan. Sepertinya kamu tak bisa jauh sebentar saja dengan benda tertentu atau kegiatan tertentu seperti melakukan yoga, pilates, dan bersepeda. Semua dilihat orang berlebihan.

Marah Akan Hal-hal Kecil
Kesepian yang harus segera dienyahkan adalah manakala kamu mencapai tahap dimana kamu marah akan hal-hal kecil. Misalnya, kamu kehilangan satu jepit rambut sementara ada begitu banyak jepit rambut di meja riasmu. Atau kamu marah jika koneksi internet terputus hanya untuk lima detik saja. Saat inilah kamu perlu mewaspadai kesepian yang tengah melanda kamu.
Ketika kamu sampai pada kalimat ini, mungkin kamu berpikir bagaimana cara mengenyahkan kesepian itu. Jika itu yang kamu rasakan, saya punya saran. Satu saja.
Kamu harus percaya pada diri sendiri kamu bisa mengenyahkan kesepian ini. Kamu bersyukur masih diberikan napas hari ini.
Selamat menikmati hari-harimu ke depan. Semoga kamu menemukan apa yang kamu cari. Dan artikel ini kutulis dengan sepenuh hati. Makasih ya dah jadi pembaca tulisan saya kali ini.


With love,
Ulf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar