Senin, 08 September 2014

Cerita Dibalik Novel Morning Dew and the Togetherness We Share




Aku ingat ketika draft naskah novel ini teronggok dalam komputer kesayangan. Saat itu awal Desember 2011. Ide novel ini tercetus jauh sebelum itu. Akibat imajiku yang bermain mungkin di suatu tempat ada seseorang duduk bersimpuh di atas sajadah dengan harapan penuh di dada memohon kesembuhan penyakitnya di dinginnya dini hari. Kesembuhan untuk sebuah penyakit langka.
            Lalu, Allah menggiring imajiku itu ke sebuah note dalam Facebook. Note yang tidak sengaja kutemukan saat sedang mencari pertemanan baru untuk link menulis. Note itu bercerita tentang kisah seorang IS (inisial) yang mengalami penyakit langka bernama Myasthenia Grafis. Sebuah nama yang bila mendengarnya aku jadi membayangkan tentang pelajaran Informatika di kampus. Membaca note itu membuatku betah. Sampai di akhir kalimat, kedua sisi pipiku sudah basah. Tak ada lagi embun di mataku. Karena embun itu sudah meluncur pergi dari sarangnya. Aku menutup mulut dengan tangan kanan seraya membayangkan perjuangan berat yang dilakukan oleh Mbak IS. Masya Allah...ia wanita pilihan Allah. Kalau bukan karena kasih sayang-Nya tidak mungkin Allah memberikan ujian seberat itu.
            Tidak hanya harus bergulat dengan MG, mbak IS juga harus menelan pil pahit karena ditinggalkan oleh calon suaminya. Jauh sebelum punya niatan tuk menjadi suaminya, pacar mbak IS sudah mengetahui bahwa ia mengalami sakit ini. Ketika tinggal menunggu pekan demi pekan menuju pelaminan, calon suaminya pergi begitu saja dan tak pernah kembali lagi. Setelah itu, Allah Yang Maha Penyayang mengujinya lagi dengan diambilnya sang sahabat dari sisinya. Sahabat Mbak IS meninggal dunia akibat kecelakaan.
            Beberapa hari setelah membaca note itu, bertambah-tambahlah rasa penasaranku. Seperti apa MG itu? Apa penyebabnya? Dan siapa saja yang beresiko terkena Myasthenia Gravis? Maka, jemariku menguasai keyboard komputer dan mulai mencari di Google. Hingga akhirnya aku ‘kecemplung’ di grup FB Myasthenia Gravis Indonesia. Beberapa dokumen tentang penyakit ini tersedia di sana. Sejumlah kesimpulan kudapatkan.
            Myasthenia Gravis/Miastenia Gravis (MG) adalah suatu penyakit yang bermanifestasi sebagai kelemahan dan kelelahan otot yang bersifat progresif (gejala semakin nyata dari waktu ke waktu), dimulai dari otot mata dan berlanjut keseluruh tubuh hingga ke otot pernapasan.
Myastenia gravis terjadi secara autoimun. Secara mudah, autoimun berarti antibodi yang bekerja dengan salah sasaran. Seharusnya antibodi bekerja melawan benda asing seperti bakteri, virus, atau parasit yang masuk ke dalam tubuh. Namun pada kasus autoimun, yang dilawan oleh antibodi adalah bagian dari tubuh itu sendiri, sehingga mengakibatkan kerusakan pada bagian tubuh yang diserang. Dalam kasus MG, yang diserang oleh antibodi adalah sambungan antara saraf dan ujung otot (neuromuskular junction/NMJ). Dimana pada sambungan tersebut terdapat zat yang bertugas sebagai 'perantara' komunikasi antara saraf dengan otot yang bernama asetilkolin. Pada MG, karena mekanisme autoimun tadi, asetilkolin dirusak dan reseptornya pun dihalangi (antara asetilkolin dengan reseptornya analoginya adalah 'kunci dengan lubang kunci').
Hasilnya? Ketika ada 'order' atau 'perintah' dari otak kepada otot untuk bergerak, perintah akan diteruskan oleh saraf menuju otot, tetapi oleh karena sambungannya rusak, maka otot tidak mampu berkontraksi sesuai dengan perintah.
            Oya, sebagai tambahan info, dalam tubuh kita terdapat 3 jenis otot, yaitu otot lurik, otot polos dan otot jantung. Otot lurik adalah otot yang gerakannya bisa kita kendalikan. Seperti otot pada kelopak mata, otot tangan dan kaki, otot dada, otot lidah, otot pipi dsb. Otot polos dan otot jantung adalah otot yang gerakannya involunter, alias tidak bisa kita kendalikan tapi mereka bisa bergerak dengan sendirinya, seperti otot saluran pencernaan, kita hanya sadar saat mengunyah makanan, tapi nasib makanan setelah kita telan kita tidak tahu :) baru sadar bahwa usus sudah mencerna makanan kita setelah pagi harinya kita merasa mules dan harus ke kamar mandi :p.  Begitu juga dengan otot jantung (pernah mengendalikan jantung kita untuk memompa aliran darah? :p tentu tidak, they work on their own will).
Nah, yang harus kita sama-sama sangat syukuri sebagai MGers adalah, kelemahan pada MG hanya menyerang otot lurik saja, dan tidak menyerang otot jenis lainnya. Bayangkan bila kelemahan terjadi pada semua jenis otot, seperti otot usus, atau otot jantung...
            Gejala utama MG adalah kelemahan otot setelah mengeluarkan tenaga, dan akan sembuh kembali setelah istirahat. Bisa juga seperti berpola, bugar di waktu bangun pagi hari, namun semakin melemah ketika hari beranjak siang dan sore. Kelemahan ini bisa bermanifestasi sebagai rasa 'lemas' tak berdaya di bagian tubuh tertentu seperti :
- tangan (jadi sulit menulis, tidak bisa mengangkat benda agak berat, dsb)
- kaki (sering tersandung, jatuh, berjalan terhuyung-huyung)
- mata (kelopak mata 'jatuh' atau disebut ptosis, melihat benda seperti berbayang atau malah double    vision/diplopia)
- lidah (sulit atau tidak bisa menelan, bicara tidak jelas, ludah banyak)
- leher (kepala terasa berat dan mau 'jatuh')
- dada (sering disebut sebagai 'otot pernafasan', manifestasinya bervariasi, mulai dari rasa nyeri di    dada, berat menarik nafas, sesak, sampai dengan henti nafas)
- dsb 
Pada MG yang sudah lanjut kelemahan bisa terjadi sepanjang hari tanpa harus didahului pekerjaan otot terlebih dahulu.
Masya Allah...sebegitu kompleksnya Allah menciptakan penyakit ini. Kemudian, ada dorongan kuat dari dalam diriku tuk mengangkat penyakit ini dalam sebuah novel yang hendak aku tulis. Bermodal semua data tersebut dan kisah nyata dari Mbak IS menjadi modalku menulis. Semuanya mengalir begitu saja. Hingga terkumpullah naskah novel pertamaku ini dalam sebuah folder.  
Selanjutnya, Allah mempertemukanku dengan 2 orang sahabat maya yang akhirnya bertemu di kehidupan nyata dari Forum Lingkar Pena Bekasi. Mereka adalah Mbak Miyosi Ariefiansyah dan Nisa Salwa. Kami pernah nulis bareng di buku antologi berjudul Emak-Emak Fesbuker Mencari Cinta, terbitan Leutika. Support keduanya luar biasa. Membantuku supaya naskah novel ini tidak hanya teronggok dalam folder juga imajiku.
            Dalam novel ini, tidak hanya kesukaran dan kesedihan dari tokoh fiktif bernama Tasya Camilla Aritonang yang kuangkat tetapi juga kekuatan yang dimilikinya. Kekuatan jiwa yang datang dari Allah Swt yang menjadikannya tegar. Selain itu, ada sosok Arjuna Delano yang mengisi hari-hari Tasya. Ia bukan hanya pelatih badminton Tasya melainkan juga sosok calon suami ideal. Arjuna mengenalkan Tasya pada kehidupan anak-anak penderita kanker yang dikumpulkan Arjuna dalam sebuah yayasan. Hingga Tasya bertemu dengan Nayara.
            Kebiasaan indah yang sering Tasya lakukan setiap pagi yaitu menikmati embun terjadi berkat hobi ayah yang suka memelihara tanaman di halaman kecil yang sejurus dengan jendela kamar Tasya. Ayah ingin anak-anaknya bangun setiap pagi dengan perasaan bahagia melihat embun-embun yang menempel di dedaunan. Mata mereka juga akan segar melihat hijaunya tanaman dan cerah ceria memandangi bunga-bunga saat sinar matahari menerpa.
            Sebuah keindahan sederhana yang Allah berikan setiap pagi. Dan kebersamaan bersama dengan yang kita cintai adalah kehangatan yang kita perlukan.
            Wah, sudah panjang lebar aku menulis blog kali ini. Semoga nggak bosan ya bacanya. Jika teman-teman pembaca ingin merasakan kebersamaan, keindahan dan semangat perjuangan di kehidupan Tasya, segera beli novel Morning Dew and the Togetherness We Share di toko buku terdekat. Harapanku para pembaca bisa terinspirasi dan bisa lebih bersemangat menjalani kehidupan.
            Last but not least, terima kasih tak terhingga tuk teman-teman yang Allah pertemukan dengan sangat indah, keluargaku, para pembaca dan terutama para MG-ers. Kalian semua inspirasi yang tak pernah habis kugali.
            Dicintai membuat kita kuat. Mencintai membuat kita berani. Dengan mencintai Tuhan, kita akan berani menghadapi apa pun di dunia ini. Termasuk Myasthenia Gravis.
            Alhamdulillah. Wassalam. :)





5 komentar: