Aku
ingat ketika draft naskah novel ini teronggok dalam komputer kesayangan. Saat itu
awal Desember 2011. Ide novel ini tercetus jauh sebelum itu. Akibat imajiku
yang bermain mungkin di suatu tempat ada seseorang duduk bersimpuh di atas
sajadah dengan harapan penuh di dada memohon kesembuhan penyakitnya di
dinginnya dini hari. Kesembuhan untuk sebuah penyakit langka.
Lalu, Allah menggiring imajiku itu
ke sebuah note dalam Facebook. Note yang tidak sengaja kutemukan saat sedang
mencari pertemanan baru untuk link menulis. Note itu bercerita tentang kisah
seorang IS (inisial) yang mengalami penyakit langka bernama Myasthenia Grafis. Sebuah
nama yang bila mendengarnya aku jadi membayangkan tentang pelajaran Informatika
di kampus. Membaca note itu membuatku betah. Sampai di akhir kalimat, kedua
sisi pipiku sudah basah. Tak ada lagi embun di mataku. Karena embun itu sudah
meluncur pergi dari sarangnya. Aku menutup mulut dengan tangan kanan seraya
membayangkan perjuangan berat yang dilakukan oleh Mbak IS. Masya Allah...ia
wanita pilihan Allah. Kalau bukan karena kasih sayang-Nya tidak mungkin Allah
memberikan ujian seberat itu.
Tidak hanya harus bergulat dengan
MG, mbak IS juga harus menelan pil pahit karena ditinggalkan oleh calon
suaminya. Jauh sebelum punya niatan tuk menjadi suaminya, pacar mbak IS sudah
mengetahui bahwa ia mengalami sakit ini. Ketika tinggal menunggu pekan demi
pekan menuju pelaminan, calon suaminya pergi begitu saja dan tak pernah kembali
lagi. Setelah itu, Allah Yang Maha Penyayang mengujinya lagi dengan diambilnya
sang sahabat dari sisinya. Sahabat Mbak IS meninggal dunia akibat kecelakaan.
Beberapa hari setelah membaca note
itu, bertambah-tambahlah rasa penasaranku. Seperti apa MG itu? Apa penyebabnya?
Dan siapa saja yang beresiko terkena Myasthenia Gravis? Maka, jemariku
menguasai keyboard komputer dan mulai mencari di Google. Hingga akhirnya aku ‘kecemplung’
di grup FB Myasthenia Gravis Indonesia. Beberapa dokumen tentang penyakit ini
tersedia di sana. Sejumlah kesimpulan kudapatkan.
Myasthenia Gravis/Miastenia Gravis (MG)
adalah suatu penyakit yang bermanifestasi sebagai kelemahan dan kelelahan otot
yang bersifat progresif (gejala semakin nyata dari waktu ke waktu), dimulai
dari otot mata dan berlanjut keseluruh tubuh hingga ke otot pernapasan.
Myastenia gravis terjadi secara autoimun.
Secara mudah, autoimun berarti antibodi yang bekerja dengan salah sasaran.
Seharusnya antibodi bekerja melawan benda asing seperti bakteri, virus, atau
parasit yang masuk ke dalam tubuh. Namun pada kasus autoimun, yang dilawan oleh
antibodi adalah bagian dari tubuh itu sendiri, sehingga mengakibatkan kerusakan
pada bagian tubuh yang diserang. Dalam kasus MG, yang diserang oleh antibodi
adalah sambungan antara saraf dan ujung otot (neuromuskular junction/NMJ).
Dimana pada sambungan tersebut terdapat zat yang bertugas sebagai 'perantara'
komunikasi antara saraf dengan otot yang bernama asetilkolin. Pada MG, karena
mekanisme autoimun tadi, asetilkolin dirusak dan reseptornya pun dihalangi
(antara asetilkolin dengan reseptornya analoginya adalah 'kunci dengan lubang
kunci').
Hasilnya? Ketika ada 'order' atau 'perintah'
dari otak kepada otot untuk bergerak, perintah akan diteruskan oleh saraf
menuju otot, tetapi oleh karena sambungannya rusak, maka otot tidak mampu
berkontraksi sesuai dengan perintah.
Oya, sebagai tambahan
info, dalam tubuh kita terdapat 3 jenis otot, yaitu otot lurik, otot polos dan
otot jantung. Otot lurik adalah otot yang gerakannya bisa kita kendalikan.
Seperti otot pada kelopak mata, otot tangan dan kaki, otot dada, otot lidah,
otot pipi dsb. Otot polos dan otot jantung adalah otot yang gerakannya
involunter, alias tidak bisa kita kendalikan tapi mereka bisa bergerak dengan
sendirinya, seperti otot saluran pencernaan, kita hanya sadar saat mengunyah
makanan, tapi nasib makanan setelah kita telan kita tidak tahu :) baru sadar
bahwa usus sudah mencerna makanan kita setelah pagi harinya kita merasa mules
dan harus ke kamar mandi :p. Begitu juga dengan otot jantung (pernah
mengendalikan jantung kita untuk memompa aliran darah? :p tentu tidak, they
work on their own will).
Nah, yang harus kita sama-sama sangat syukuri sebagai MGers
adalah, kelemahan pada MG hanya menyerang otot lurik saja, dan tidak menyerang
otot jenis lainnya. Bayangkan bila kelemahan terjadi pada semua jenis otot,
seperti otot usus, atau otot jantung...
Gejala utama MG adalah
kelemahan otot setelah mengeluarkan tenaga, dan akan sembuh kembali setelah
istirahat. Bisa juga seperti berpola, bugar di waktu bangun pagi hari, namun
semakin melemah ketika hari beranjak siang dan sore. Kelemahan ini bisa
bermanifestasi sebagai rasa 'lemas' tak berdaya di bagian tubuh tertentu
seperti :
- tangan (jadi sulit menulis, tidak bisa mengangkat benda agak berat,
dsb)
- kaki (sering tersandung, jatuh, berjalan terhuyung-huyung)
- mata (kelopak mata 'jatuh' atau disebut ptosis, melihat benda seperti
berbayang atau malah double vision/diplopia)
- lidah (sulit atau tidak bisa menelan, bicara tidak jelas, ludah
banyak)
- leher (kepala terasa berat dan mau 'jatuh')
- dada (sering disebut sebagai 'otot pernafasan', manifestasinya
bervariasi, mulai dari rasa nyeri di dada, berat menarik nafas,
sesak, sampai dengan henti nafas)
- dsb
Pada MG yang sudah lanjut kelemahan bisa
terjadi sepanjang hari tanpa harus didahului pekerjaan otot terlebih dahulu.
Masya Allah...sebegitu
kompleksnya Allah menciptakan penyakit ini. Kemudian, ada dorongan kuat dari
dalam diriku tuk mengangkat penyakit ini dalam sebuah novel yang hendak aku
tulis. Bermodal semua data tersebut dan kisah nyata dari Mbak IS menjadi
modalku menulis. Semuanya mengalir begitu saja. Hingga terkumpullah naskah
novel pertamaku ini dalam sebuah folder.
Selanjutnya,
Allah mempertemukanku dengan 2 orang sahabat maya yang akhirnya bertemu di
kehidupan nyata dari Forum Lingkar Pena Bekasi. Mereka adalah Mbak Miyosi
Ariefiansyah dan Nisa Salwa. Kami pernah nulis bareng di buku antologi berjudul
Emak-Emak Fesbuker Mencari Cinta,
terbitan Leutika. Support keduanya luar biasa. Membantuku supaya naskah novel
ini tidak hanya teronggok dalam folder juga imajiku.
Dalam
novel ini, tidak hanya kesukaran dan kesedihan dari tokoh fiktif bernama Tasya
Camilla Aritonang yang kuangkat tetapi juga kekuatan yang dimilikinya. Kekuatan
jiwa yang datang dari Allah Swt yang menjadikannya tegar. Selain itu, ada sosok
Arjuna Delano yang mengisi hari-hari Tasya. Ia bukan hanya pelatih badminton
Tasya melainkan juga sosok calon suami ideal. Arjuna mengenalkan Tasya pada
kehidupan anak-anak penderita kanker yang dikumpulkan Arjuna dalam sebuah
yayasan. Hingga Tasya bertemu dengan Nayara.
Kebiasaan
indah yang sering Tasya lakukan setiap pagi yaitu menikmati embun terjadi
berkat hobi ayah yang suka memelihara tanaman di halaman kecil yang sejurus
dengan jendela kamar Tasya. Ayah ingin anak-anaknya bangun setiap pagi dengan
perasaan bahagia melihat embun-embun yang menempel di dedaunan. Mata mereka
juga akan segar melihat hijaunya tanaman dan cerah ceria memandangi bunga-bunga
saat sinar matahari menerpa.
Sebuah
keindahan sederhana yang Allah berikan setiap pagi. Dan kebersamaan bersama
dengan yang kita cintai adalah kehangatan yang kita perlukan.
Wah,
sudah panjang lebar aku menulis blog kali ini. Semoga nggak bosan ya bacanya. Jika
teman-teman pembaca ingin merasakan kebersamaan, keindahan dan semangat
perjuangan di kehidupan Tasya, segera beli novel Morning Dew and the Togetherness
We Share di toko buku terdekat. Harapanku para pembaca bisa
terinspirasi dan bisa lebih bersemangat menjalani kehidupan.
Last but not least, terima kasih tak terhingga
tuk teman-teman yang Allah pertemukan dengan sangat indah, keluargaku, para
pembaca dan terutama para MG-ers. Kalian semua inspirasi yang tak pernah habis
kugali.
Dicintai
membuat kita kuat. Mencintai membuat kita berani. Dengan mencintai Tuhan, kita
akan berani menghadapi apa pun di dunia ini. Termasuk Myasthenia Gravis.
Alhamdulillah.
Wassalam. :)
Selamat ya Mak, atas lahiran novel pertama. Inspiratif sekali ceritannya, semoga sukses.
BalasHapustengkyu, Mak...aamiin ^_^
BalasHapusMaju terus fah..
BalasHapusthanks, Mr. Robin...same goes to you ^_^
HapusKak
BalasHapus