Selasa, 02 September 2014

Dreams...You Gottta Wake Up To Make Them True!






Tuk siapa pun kamu. Bertahanlah in working and hoping to reach your dreams.

Setiap yang bernyawa, pasti punya mimpi. Meski mimpinya tak sebesar Arai yang ingin kuliah di Sorbonne, Perancis. Atau tak sefenomenal sutradara Hollywood yang ingin membuat film tentang kiamat di 2012. Mungkin ada yang bermimpi hanya ingin bangun tuk melihat embun di esok hari. Terlebih...jika ia seseorang yang lama hidup dalam penyakit yang menakutkan. Duh...jadi seram gini yahh...sorry, friends...terbawa suasana novel yang baru kubaca. Pokoknya punya mimpi lah...biar otak, jiwa sama hati kita nggak hampa gitu...dan ada warnanya.
                Bicara soal mimpi...aku punya banyak bucket list-nya. Tersimpan rapi dalam memori otak, dalam buku catatan, dalam memori beberapa orang yang mengenal perjalanan mimpiku dan dalam kotak kehidupan bernama takdir yang ada dalam tangan Tuhan. Ada yang sengaja ‘kuinginkan’. Bahkan lebih banyak lagi yang tercetus tiba-tiba.
                Dan ada salah satu impian yang sudah aku rintis dari kecil. Teringat masa saat baru bisa menulis dan juga mengenal krayon warna-warni. Dinding kamarku jadi medianya. Krayon warna-warni itu kugoreskan pada sisi demi sisi dinding bercat putih. Gambar pohon, bunga, matahari, semak-semak dan orang muncul hanya dalam waktu beberapa menit saja. Tak lupa, kutulisi judul dan penjelasan di sana. Boneka-boneka yang berjejer di hadapan dinding seolah jadi pendengarnya. Ssst...ulfah cilik sedang mempresentasikan karya lukisnya hari itu. Kali lain, saat media dinding sudah tidak diperbolehkan oleh ibu (karena langsung dicat hari berikutnya, rupanya gambar ulfah cilik tak sesuai dengan selera ibu...baca: gambar kurang indah hihi), aku berpindah ke media yang lebih kecil. Media kertas. Di sana, ternyata daya imajinasi begitu meluap-luap. Dibandingkan dengan dinding yang hanya bisa digambari sebaian saja dari sisinya, kertas bisa berlembar-lembar. Jadilah Ulfah SD ‘mencicil’ mimpinya sejak itu. Impian menjadi penulis. Banyak kertas telah dituangi cerita. Sejumlah buku juga penuh dicorat-coretinya. Begitu pun majalah dinding di sekolah. Hingga 2009, profesionalismenya sebagai penulis mendapat tantangan.   
                Melalui seorang teman yang dikenalnya di milis (mailing list) pembaca Asma Nadia, ia melalui berbagai challenge menulis. Pertama sekali, challenge menulis buku antologi bertema Facebook. Menulis bersama 24 penulis perempuan yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Super duper seruuuu...nggak pernah bertatap muka langsung tapi kok ya feel-nya oke banget nulis buku ini. Buku itu berjudul Emak-emak Fesbuker Mencari Cinta, terbitan Leutika. Next, masih dari orang yang sama, ada tantangan menulis artikel di sebuah web sekolah bisnis online terbesar di Indonesia. Aku bersama mbak Miyosi Ariefiansyah, mbak Amanda Ratih Pratiwi, Nisa Salwa juga beberapa penulis lainnya turut menulis di sana. Writing for Indonesia. Supaya banyak pembaca kita dari yang tidak tahu menjadi tahu.
                Tahun-tahun pun berlalu. Setiap tahunnya ada saja buku yang kami gagas. Kami, ya....aku berdua dengan mbak Miyosi Ariefiansyah. Menulis buku bareng terus. Proyek demi proyek dikerjakan dengan senang hati. Kadang, aku pribadi menertawakan deadline. Yang kian dekat kian membuat aku melompat lebih tinggi! Haha...(kutip lagunya SO7 deh...)
                Dan perjalanan buku solo fiksi pertamaku, harus melalui 2 tahun masa penantian. Naskahnya sempat hilang di tangan penerbit. Karena sang editor meninggal dunia dan belum sempat share ke timnya tentang naskahku. Morning Dew and the Togetherness We Share. Judul novel pertamaku. Terbitan Elexmedia. Rilis pada 14 Juli 2014. Merupakan karya fiksi yang sudah aku rintis dari kecil. Saat masih muda beliau dulu. Kalau bahasa anak di 2013-2014, saat aku masih unyu-unyu hehe... Sekarang...aku bersiap menulis novel kedua.
                See...mimpi itu pasti kejadian di hidup kita. Asal kita mau terus berdoa. Dan bekerja, berusaha dengan ‘cerdas’ tuk menggapainya. Dan sebuah mimpi datang bisa untuk berbagai alasan. Ada mimpi yang datang di masa depan sebagai penyumbang bahagia kita. Ada yang datang sebagai pelajaran berharga. Juga, sebuah dream comes true karena Allah ingin kita mengenalnya lebih dekat.
                So, besok kamu mau berbuat apa tuk bisa menggapai mimpi itu? Bangun tidur langsung tidur lagi...atau...bangun tidur langsung ibadah. Mulai bergerak dan berkreasi? :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar