Tuk siapa pun kamu.
Bertahanlah in working and hoping to reach your dreams.
|
Setiap yang bernyawa, pasti punya
mimpi. Meski mimpinya tak sebesar Arai yang ingin kuliah di Sorbonne, Perancis.
Atau tak sefenomenal sutradara Hollywood yang ingin membuat film tentang kiamat di 2012. Mungkin ada yang bermimpi hanya ingin bangun tuk melihat embun di esok
hari. Terlebih...jika ia seseorang yang lama hidup dalam penyakit yang
menakutkan. Duh...jadi seram gini yahh...sorry, friends...terbawa suasana novel
yang baru kubaca. Pokoknya punya mimpi lah...biar otak, jiwa sama hati kita
nggak hampa gitu...dan ada warnanya.
Bicara
soal mimpi...aku punya banyak bucket list-nya.
Tersimpan rapi dalam memori otak, dalam buku catatan, dalam memori beberapa
orang yang mengenal perjalanan mimpiku dan dalam kotak kehidupan bernama takdir
yang ada dalam tangan Tuhan. Ada yang sengaja ‘kuinginkan’. Bahkan lebih banyak
lagi yang tercetus tiba-tiba.
Dan
ada salah satu impian yang sudah aku rintis dari kecil. Teringat masa saat baru
bisa menulis dan juga mengenal krayon warna-warni. Dinding kamarku jadi
medianya. Krayon warna-warni itu kugoreskan pada sisi demi sisi dinding bercat
putih. Gambar pohon, bunga, matahari, semak-semak dan orang muncul hanya dalam
waktu beberapa menit saja. Tak lupa, kutulisi judul dan penjelasan di sana. Boneka-boneka
yang berjejer di hadapan dinding seolah jadi pendengarnya. Ssst...ulfah cilik
sedang mempresentasikan karya lukisnya hari itu. Kali lain, saat media dinding
sudah tidak diperbolehkan oleh ibu (karena langsung dicat hari berikutnya,
rupanya gambar ulfah cilik tak sesuai dengan selera ibu...baca: gambar kurang
indah hihi), aku berpindah ke media yang lebih kecil. Media kertas. Di sana,
ternyata daya imajinasi begitu meluap-luap. Dibandingkan dengan dinding yang
hanya bisa digambari sebaian saja dari sisinya, kertas bisa berlembar-lembar. Jadilah
Ulfah SD ‘mencicil’ mimpinya sejak itu. Impian menjadi penulis. Banyak kertas
telah dituangi cerita. Sejumlah buku juga penuh dicorat-coretinya. Begitu pun
majalah dinding di sekolah. Hingga 2009, profesionalismenya sebagai penulis
mendapat tantangan.
Melalui
seorang teman yang dikenalnya di milis (mailing list) pembaca Asma Nadia, ia
melalui berbagai challenge menulis.
Pertama sekali, challenge menulis
buku antologi bertema Facebook. Menulis bersama 24 penulis perempuan yang
tersebar di seluruh pelosok negeri. Super duper seruuuu...nggak pernah bertatap
muka langsung tapi kok ya feel-nya
oke banget nulis buku ini. Buku itu berjudul Emak-emak Fesbuker Mencari Cinta, terbitan Leutika. Next, masih
dari orang yang sama, ada tantangan menulis artikel di sebuah web sekolah
bisnis online terbesar di Indonesia. Aku bersama mbak Miyosi Ariefiansyah, mbak
Amanda Ratih Pratiwi, Nisa Salwa juga beberapa penulis lainnya turut menulis di
sana. Writing for Indonesia. Supaya
banyak pembaca kita dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Tahun-tahun
pun berlalu. Setiap tahunnya ada saja buku yang kami gagas. Kami, ya....aku
berdua dengan mbak Miyosi Ariefiansyah. Menulis buku bareng terus. Proyek demi
proyek dikerjakan dengan senang hati. Kadang, aku pribadi menertawakan
deadline. Yang kian dekat kian membuat aku melompat lebih tinggi! Haha...(kutip
lagunya SO7 deh...)
Dan
perjalanan buku solo fiksi pertamaku, harus melalui 2 tahun masa penantian.
Naskahnya sempat hilang di tangan penerbit. Karena sang editor meninggal dunia
dan belum sempat share ke timnya
tentang naskahku. Morning Dew and the
Togetherness We Share. Judul novel pertamaku. Terbitan Elexmedia. Rilis
pada 14 Juli 2014. Merupakan karya fiksi yang sudah aku rintis dari kecil. Saat
masih muda beliau dulu. Kalau bahasa anak di 2013-2014, saat aku masih
unyu-unyu hehe... Sekarang...aku bersiap menulis novel kedua.
See...mimpi
itu pasti kejadian di hidup kita. Asal kita mau terus berdoa. Dan bekerja,
berusaha dengan ‘cerdas’ tuk menggapainya. Dan sebuah mimpi datang bisa untuk
berbagai alasan. Ada mimpi yang datang di masa depan sebagai penyumbang bahagia
kita. Ada yang datang sebagai pelajaran berharga. Juga, sebuah dream comes true
karena Allah ingin kita mengenalnya lebih dekat.
So,
besok kamu mau berbuat apa tuk bisa menggapai mimpi itu? Bangun tidur langsung
tidur lagi...atau...bangun tidur langsung ibadah. Mulai bergerak dan berkreasi? :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar