Halo,
apa kabar? Assalamu’alaikum yeoreobeun? Semoga kamu dalam keadaan baik, tidak
kurang suatu apapun, dan sehat jiwa raga. Di blog kedua bulan Oktober 2019 ini,
aku mau sedikit review drama Korea yang jadi favoritku banget nih.
Sebenarnya agak kepikiran sih untuk menjadikan blog ini tempat review semua
drama Korea yang jadi favoritku dan lagi aku tonton. Tapi, kita lihat aja deh
nanti. Biasa deh aku kan suka nggak jelas coz ada aja yang dikerjain
sampai ga tengok-tengok ke blog atau media sosial pribadiku. Anyway,
yereobeun akun media sosial pribadiku yang sering kutengok tuh ada https://www.facebook.com/ulfah.khaerani , https://twitter.com/ukhaerani
, Instagram @ukhaerani dan
blog ini. Terus ada akun jualan barang pribadi
juga sih yang lagi ditongkrongin banget di Carousell @ulf_stuff. Jadi, mungkin
kamu bisa melihat hal sama yang lagi aku bahas di sana.
Oke,
sekarang kembali ke judul awal, rencananya sih bakal jadi tulisan review atau
opiniku tentang drama yang diperankan oleh JJ Somin dan Lee Min Ki itu. Semoga
aku nggak keluar jalur yah pas lagi nulisnya hihi…
Dimulai
dari episode pertama yang cukup menyentuh, menurutku lho ya, betapa di keluarga
Ji Ho (Somin JJ) anak lelaki itu selalu diutamakan. Bayangkan, kamu lagi ulang
tahun terus dirayakan bersama keluarga. Yang harusnya tiup lilin itu kamu, eh
malah adik kamu yang laki-laki karena keluarga terlalu mengutamakan anak
lelaki. Kebayang dong kezelnya kayak apa. Untung aja si Ji Ho masih boleh makan
kue ultahnya sendiri. Kalau nggak, pasti Ji Ho dah bawa-bawa koper keluar rumah
sejak berusia 10 tahun. Ketika Ji Ho berusia 20 tahun, dia akhirnya bisa meniup
lilin ulangtahunnya sendiri. Ada dua sahabat terbaiknya, Ho Rang dan Soo Ji
yang merayakan ultahnya dengan cake besar itu. Sebelum meniup lilin. Ji
Ho mengucapkan satu wish yang pada akhirnya membawanya ke sejumlah
kerumitan hidup. Tapi, in the end, Ji Ho menemukan seseorang yang bisa
menjadi pelindungnya. Ji Ho wished…
Kabulkan aku jadi penulis hebat.
ndeprok di atas karpet depan tv tuh kebiasaan semua penulis deh, bukan Ji Ho aja |
Dan
benar saja, Ji Ho menjadi penulis. Tepatnya, asisten penulis drama atau co
writer drama laris yang dia lakoni selama 5 tahun. Ji Ho tinggal di
apartemen tim produksinya bersama kepala penulis atau headwriter Jakkanim
untuk satu judul drama yang sudak dikerjakan selama 3 bulan lamanya. Ji Ho
mengerjakan sub bagian yang cukup banyak di drama itu. Bagi Ji Ho, job desk utamanya
adalah ‘menggalang dana’. Dia harus menuliskan kalimat yang berhubungan dengan
produk-produk yang sedang diiklankan melalui drama itu. Kamu pasti pernah lihat
dong drama kita yang diselipkan iklan makanan atau minuman. Misalnya, pemain
utamanya lagi duduk santai, eh tahu-tahu ada istrinya datang bawa camilan crackers
yang lagi hits. Nah, kalimat yang diucapkan sang istri berisi kalimat
persuasif a.k a bujukan untuk penontonnya supaya tertarik beli produk itu.
Begitu tuh kerjaan Ji Ho di tim drama.
Setelah 3 bulan
mengerjakan ‘penggalangan dana’, Ji Ho izin pulang ke apartemennya yang ia
tempati bersama adik laki-lakinya. Pas hari itu adalah ulangtahunnya ke-30.
Betapa terkejutnya Ji Ho saat tahu kalau adiknya sudah menikah selama 4 bulan.
Dan sebentar lagi dia akan menjadi seorang tante. Sungguh pekerjaan scriptwriter
itu membuat Ji Ho kehilangan momen penting dalam hidupnya. Saat keluar dari
apartemen headwriter-nya saja, Ji Ho senang melihat sinar matahari yang
menembus kulit tangannya. Kadang, adikku juga bilang aku norak saat aku
berjalan keluar rumah bersamanya. Seakan aku belum keluar rumah selama
bertahun-tahun. Hehe…karena aku melakoni pekerjaan yang serupa dengan Ji Ho,
bedanya aku bisa mengerjakan semua script dari kamar di rumahku sendiri.
Semua pekerjaan di-submit via email atau website.
Konflik pertama
yang Ji Ho hadapi adalah adiknya dan istri tinggal di apartemen mereka.
Sementara, ayah dan ibunya di kampung halaman. Ji Ho sangat tidak nyaman berada
satu atap dengan adik dan adik iparnya. Bagaimana jika mereka melakukan adegan
suami istri di depannya? Dan Ji Ho tidak ingin terlihat buruk dengan membiarkan
adik iparnya yang hamil mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga. Sementara,
Ji Ho juga akan sibuk dengan pekerjaannya (ini tuh bisa jadi konflik banget di
kehidupan kita sehari-hari ya? Betapa nyamannya hidup sendiri daripada bersama
adik atau kakak yang sudah menikah, sementara kita belum menikah…)
Maka, keluarlah Ji
Ho dari apartemennya. Ia mencari kamar sewaan ke segala penjuru Seoul. Ibunya
memberi kejutan dengan memberi uang dalam amplop yang terlihat tebal itu. Tak
dinyana, jumlah uangnya memang mengejutkan. Masih jauh dari bayangan Ji Ho
bahwa ia akan dapat menyewa kamar bagus dengan uang itu. Akhirnya, Ho Rang
memberinya solusi. Sangat menggiurkan bisa mendapatkan kamar bagus dengan harga
rendah (dan hanya perlu menjaga kebersihan) di apartemen mahal milik seorang
kenalan pacar Ho Rang. Oh iya, Ho Rang ini punya beban sendiri yaitu ia yang
sudah berpacaran dengan Woo Seok (Kim Min Seok ini ya aktor yang bersemangat
banget dan anak rumahan dilihat dari acara ragam IT’S DANGEROUS OUTSIDE THE
BLANKET) selama lebih dari 5 tahun ini tak kunjung dilamar. Bagi seorang
wanita, ada masanya ia sangat ranum dan itu adalah momen terbaik dalam
hidupnya. Maka, menikahlah pada saat itu. Tapi, Woo Seok belum punya pekerjaan
tetap yang bisa diandalkan penghasilannya tiap bulan. Jadilah mereka ribut
setiap saat. Sampai ada tragedi sofa pink lembut itu…Pokoknya harus
segera nonton deh.
Rumah atap Ho Rang Woo Seok yang juga basecamp kumpulnya Ji Ho bareng sahabat. |
Lalu, Ji Ho sudah
pindah ke rumah Nam Se Hee (Lee Min Ki). Keduanya berpikir mereka memiliki
jenis kelamin yang sama. Dilihat dari nama dan profil akun media sosialnya. Ji
Ho menyangka Se Hee perempuan femme fatale yang sukses di karir IT-nya.
See Hee menyangka Ji Ho laki-laki penyuka bola yang suka kebersihan. Poin Ji Ho
sebagai penyewa pun tinggi di mata Se Hee. Se Hee ini sangat logis. Dia memberi
rating semua penyewa kamar di apartemennya berdasarkan kebersihan dan penjagaan
tata tertib. Dan Ji Ho adalah penyewa dengan rating tertinggi. Hingga suatu
hari, keduanya akhirnya tahu bahwa mereka beda jenis. Heboh. Hanya sesaat saja.
Hingga akhirnya keduanya memutuskan menikah di atas kontrak 2 tahun dengan
alasan kuat masing-masing.
Di drama ini tuh ada cameo kucingnya lho...pihak ketiga yang jadi saksi hidup kalau Ji Ho dan Se Hee lagi berduaan. |
Ji Ho sangat
membutuhkan kamar nyaman di rumah Se Hee. Dan dia juga tidak bisa menemukan
kamar murah senyaman itu. Sementara itu, Se Hee sangat butuh menikah supaya
ibunya tidak diceraikan ayahnya. Dan Se Hee juga bisa melunasi cicilan
pembelian apartemen dari ayahnya jika menikah. Kalian pasti sudah bisa menduga
jika menikah kontrak ini akan ketahuan lambat laun dengan cara yang tidak
biasa. Satu yang paling greget adalah ketika Soo Ji, sahabat Ji Ho yang
merupakan femme fatale yang suka bersenang-senang dengan banyak pria,
menemukan kontrak nikah keduanya. Soo Ji saat itu sedang menjalin hubungan
asmara dengan bos Se Hee. Oh iya, ada satu pemanis di drama ini yaitu si
pemilik cacat menawan alias lesung pipi, Kim Min Gyu. Kim Min Gyu berperan
sebagai Yeon Bok Nam, anak pemilik kafe tempat Ji Ho bekerja setelah ia
memutuskan tidak ingin menulis skenario drama tv lagi. Seru banget pertemuan Ji
Ho dengan pria yang seumuran adiknya ini. Cute cute gimana gitu…
Gimana nggak meleleh hati noona dideketin kamu, dek? |
Terus keputusan Ji
Ho untuk berhenti menulis bukan tanpa alasan. Dia tuh hampir diperkosa oleh
sutradara muda yang menghampirinya di studia tempat Ji Ho tidur sementara
setelah keluar dari apartemen Se Hee. Ji Ho kabur dari studio out dengan
berjalan kaki menggunakan slipper dan baju tidur. Untung dia sempat bawa
hp. Dia kaget ternyata bisa berjalan sejauh itu hingga sampai di rumah Se Hee.
Rumah yang ia merasa nyaman di dalamnya.
Omu rice buatan Nam Se Hee buat Ji Ho |
Kalau dari
pengalamanku selama menulis skenario drama tv, ada sejumlah alasan mengapa
seorang penulis bisa memutuskan hiatus atau berhenti sebentar tidak menulis dan
bahkan tidak akan menulis selamanya. Mereka tuh mungkin mengalami hal seperti
yang Ji Ho alami. Namun, kebanyakan ada pula yang mengalami hal-hal seperti di
bawah ini. Beberapa diantaranya juga ada yang kualami sih.
Penulis lelah karena rating tak kunjung naik dan produser
sudah semakin menekan mereka. Akhirnya kepala penulis memutuskan pasrah dengan
keadaan. Entah dia diganti dengan penulis lain atau dia mengundurkan diri. Yang
lebih sering sih dramanya ‘bungkus’. Hingga akhirnya keinginan untuk lanjut
menulis memudar.
Penulis, terlebih co writer sering mendapat bully-an
dari kepala penulis atau tim produksi lainnya. Kata-kata seperti DASAR PENULIS
PEMALAS! AN**NG! dan aneka panggilan kebun binatang sering dilontarkan ke
penulis ini di depan forum. Ada yang kebal. Tapi banyak pula yang merana. Dia
pun memutuskan selesai dari tim ini.
Penulis tak kunjung mendapat jawaban dari ide atau sinopsis
global yang ia kirimkan ke PH atau dititip ke penulis senior. Seperti yang kita
tahu, terkadang no answer is also the answer, kan?
Buat sejumlah penulis, lingkungan basecamp bisa jadi
bahan pertimbangan dia berhenti menulis. Entah karena terlalu terpapar asap
rokok berkepanjangan atau tempat ostirahat yang tidak kondusif. Sementara,
mereka tidak mendapat izin untuk mengerjakan PR di rumah sendiri. Secara
jaringan internet tidak bisa disandarkan saat tim produksi butuh cepat
naskahnya.
Sikut-sikutan everywhere. Biasanya untuk
mempertahankan eksistensi, mereka yang tak punya ide segar nan keren dan kurang
iman akan melakukan sikut-sikutan ini. Bisa dari menyebar fitnah atau
menjadikan buruk orang yang hendak disingkirkan di hadapan orang lain.
Depresi. Penulis depresi biasanya akan terlihat dari
tulisannya yang monoton atau flat saja. Dan kamu akan sulit melihat di
wajahnya. Kalau sudah begini lebih baik penulis diliburkan sementara. Namun,
biasanya akan sulit untuk kembali lagi ke produksi usai pengobatan. Hingga
akhirnya ia memutuskan berhenti menulis.
Faktor orang-orang terdekat. Penulis biasanya berhenti karena
diminta oleh orang-orang terdekatnya seperti suami, istri, orangtua, dan
sahabat yang care. Mungkin mereka melihat sang penulis merana selama
mengerjakan proyek. Mereka khawatir dia akan sakit fisik, dan lain-lain.
Dan masih banyak
lagi. Itulah mengapa kalau kamu memutuskan mau jadi scripwriter, siapkan
mental dan spiritual kamu juga selain fisik, ide segar, dan kehadiran kamu. Menulis
skenario drama tv, apalagi stripping tak semudah yang kalian bayangkan,
yeoreobeun…
Oh iya, Ji Ho
bagaimanapun akhirnya menikah sungguhan dengan
Se Hee. Dan dia sangat senang jika Se Hee sudah bilang “uri…” atau “uri
jib…” yang berarti “kita, rumah kita”. Ji Ho merasa buncah hatinya memiliki
rumah sendiri dengan orang yang ia sayangi. Dia sempat iri tuh dengan keong
yang tidak akan pernah kehilangan rumahnya.
Saran Ulf, kamu
kudu nonton drama ini. Lucu, menghibur, dan menyentuh. Apalagi pas adegan Ji Ho
hendak menikah dengan Se Hee. Ibu Ji Ho bicara khusus pada Se Hee untuk tidak
pernah menghentikan Ji Ho mengejar mimpinya sebagai penulis. Hiks hiks…
Last but not least, adek Ulf tuh pas kasih tahu drama
ini di awal tahun 2018 bilang kalau Ji Ho itu mirip Ulf pas lagi nulis. Kadang sambil
ngelaptop, melipir dulu ngosek wc atau cuci piring. Lebih sering ya bicara
sendiri.
06.25
WIB
Sambil
nonton Chibi Maruko Chan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar