Minggu, 13 Oktober 2019

Rezeki Putus Nyambung






Rezeki.
Bagaimana kamu memaknai tiga suku kata ini?

Apakah rezeki itu berupa materi seperti uang dan fasilitas? Sehingga mudah bagi kamu untuk bepergian sehari-hari, bersosialisasi, mingle with family, dan melakukan segala aktivitas menyenangkan lainnya.

Mungkin, bagi sebagian dari kita rezeki itu berarti kesempatan. Kesempatan yang bisa jadi tidak datang dua kali dan tidak semua orang bisa mendapatkannya. Misalnya, kesempatan untuk menjadi kepala penulis sebuah drama tv. Satu episode kamu bisa dibayar hingga 15 juta rupiah.

Ada pula yang memaknai rezeki dengan kesehatan tubuh dan jiwa yang baik. Ia percaya jika Tuhan tidak memberikan rezeki kesehatan ini, maka dia tidak mungkin bisa beraktivitas dengan lancar.

Apapun makna rezeki bagi kamu, rezeki tetap rezeki. Dengan Sang Pengendali yang siap menyebarkan rezeki bagi siapapun. Tanpa terkecuali.

Bagi Ulf sendiri, rezeki adalah kesatuan antara keyakinan pada Sang Maha Pengendali Rezeki, doa, harapan, dan ikhtiar kita. Jika kita tahu ada kesatuan ini, otomatis kita nggak akan pernah merasa rezeki itu putus nyambung atau ada dan tiada. Setiap jengkal langkah kaki kita, napas yang kita hembuskan, dan hari-hari yang kita jalani adalah rezeki yang kita terima dari Sang Pengendali Rezeki.


Semua berangkat dari yakin. 
Tempe. Kamu tahu tempe itu sumber protein nabati, kan? Dari SD juga dah dikasih tahu betapa makanan rakyat ini bisa menyumbang kecerdasan dalam otak kamu. Ketika kamu makan tempe goreng, tempe bacem, atau tempe orek, apa kamu tahu seberapa banyak protein yang terserap ke tubuh kamu? Belum lagi jika tempe itu membawa teman-temannya seperti sambal ulek, ulekan bawang putih, garam, air, dan gula merah. Tapi, bagaimanapun kamu yakin ...kata bu guru tempe sumber protein yang bagus bagi tubuh... Sesederhana itu.
Anyway, Ulf suka tempe sih, makanya perumpamaannya tempe. Maaf ya kalau agak gimana gitu, maksa mungkin atau apa wkwkwk... Btw, tips kalau beli tempe beli yang keledai eh kedelai lokal yang kedelainya tertata rapat-rapat 4-6 gitu kayak naik angkot. Cek GMO tempe di Google yaah, dude...
Yakin saja pada Allah subhanahu wata'ala yang Maha Memberi Rezeki, Ar-Razzaq yang takkan pernah meninggalkan kita hamba-Nya...

Doa dan harapan. 




Senjata orang mukmin adalah doa. Balik lagi, kalau kita yakin pada Sang Maha Pemberi dan Pengendali Rezeki, kita pasti akan menyertakan doa dalam setiap langkah kaki kita. Bangun tidur, doa, mensyukuri hari yang baru dengan napas yang lancar. Lalu, mau makan juga doa...allahumma bariklana... lanjutkan sendiri doa favorit kamu ini...Dan seterusnya. Apalagi kalau kamu mengharapkan rezeki untuk membiayai kehidupan sehati-hari dan masa depan kamu seperti sekolah, berumahtangga, menyenangkan orangtua, dan sebagainya.
Karena rezeki datangnya misteri dan seringkali tidak kita sadari keberadaannya, maka doa jadi teman sejati (hasyiiik) di keseharian. Doa selalu, selalu doa guys tuk menyemangati hari kita... 

Ikhtiar 


Biar kamu nggak merasa rezeki itu putus nyambung, bagusnya sih jalan aja setiap hari. Makna jalan di sini bukan hanya naik turun public transportation atau mengukur jalanan di atas kendaraan pribadi menuju satu tempat ke tempat lain. Jalan bisa berarti berpikir, membelah layer demi layer dan menulis isi kepala yang disesuaikan dengan bahan-bahan bacaan serta tontonan. Sederhananya, ya begitu ikhtiar.
Kembali ke hadist di awal tadi, "Siapa yang berpotensi di suatu bidang, hendaknya menekuninya."
Buat Ulf, ikhtiar berkaitan erat dengan bidang yang aku kuasai. Potensi diri kita itu kan yang melihat orang lain, terkadang. Ini bisa jadi indikasi kamu menguasai suatu bidang tertentu, itu kalau kamu masih bingung apa bidang yang kamu kuasai. Misalnya, orang bilang kamu pintar ngomong terus ngenakin obrolan. Bisa jadi kamu sangat menguasai public speaking dan siapa tahu motivator salah satu profesi yang bisa kamu geluti.
Nah, kalau Ulf sendiri kan, orang sering bilang aku bisa nulis. Ndilalah aku memang suka nulis juga sih, alhamdulillah...ya aku menjalani profesi penulis sejauh ini... (butuh penulis skenario komedi atau drama romantis? Sila komen deh, nanti kita tukeran nomor hp yaah...atau mau ajak aku nulis novel di perusahaan? Boleh banget...)




Sampai sini dulu ya tulisan tentang REZEKI ini...semoga bermanfaat dan bisa menyemarakkan hari-harimu...

(di tengah menyelesaikan novel dan menunggu kabar pasti)
01.11 WIB
14 Oktober 2019
 

1 komentar:

  1. Nah, iya. Kebanyakan orang menganggap rezeki selaku berwujud materi.

    BalasHapus