Rilis Letters From Turkey, 9 Februari 2014, Faris BQ (the one with red T-Shirt) dan sang sahabat Andi Arsyil Rahman Putra. |
Setiap selesai membaca buku
‘bagus’, ada perasaan menyusup dalam hati. I
owe you. Ya...aku ‘berhutang’ pada sang penulis. Untuk semua pengetahuan
yang dimilikinya. Segala pengalaman hidupnya. Dan setiap kata demi kata penuh
makna yang pernah dicatat dalam kesehariannya sampai akhirnya menjadi bagian
dalam buku.
Seperti buku berkaver merah dengan
ornamen gambar pesawat terbang, Turkish Cay Tea, Kiz Kulesi, Hagia Sophia, dan
bendera Turki ini. Tebalnya 405 halaman dan
terdiri dari bab demi bab penuh ‘energi’ juga inspiratif yang serta merta membuatku
tertunduk dalam. “Ini buku keren banget. Kayak buku buat survive, bukan hanya tuk hidup di luar negeri melainkan juga hidup
di negeri sendiri dan lingkungan tertentu. Dan bagaimana merawat hubungan
dengan orang-orang terkasih saat berjauhan. Hubungan karena cinta.”
Judul Buku : Letters From Turkey
Penulis : Faris BQ
Penerbit : Salsabila
Genre : Catatan Perjalanan
Kalau membaca buku tentang catatan
perjalanan di suatu negara, aku kerap bosan. Pertama, buku semacam itu kerap
kontekstual banget. Ala-ala buku kampus atau setipe dengan tulisan para
jurnalis di media massa. Kaku dan terkesan ‘kotak-kotak’. Kedua, foto-fotonya
kerap dihiasi dengan caption ala kadarnya. Sementara, cerita dibalik sebuah
foto hanya secuil saja dijelaskan dalam buku dan berupa cerita bangunan dan
histori saja. Padahal, aku yang punya sisi curiousity agak lebih ini expect
more. Seperti misalnya, adakah sisipan dari penulis tentang ajaran moral atau
perbandingan budaya antara suatu negara dengan negara kita. Ketiga, karena aku
suka gaya yang luwes dan kreatif dalam penyampaian message in the books (meski
aku pribadi kerap dikira kaku orangnya #walah gosip itu, aslinya mah orangnya
malas ngomong dan sering sibuk sama pikiran sendiri #don’tTryThisAtHome hoho),
aku bisa unmood tiba-tiba kalau
penulis membiarkan ruang-ruang kosong pada halaman demi halaman bukunya. Dan banyak
alasan lain deh pokoknya. Tapi...buku dari Ahmad Faris a.k.a Faris BQ ini beda!
Mengusung tema Travel,
Love and Inspiration buku dari kakak
beda tempat tinggal ini benar-benar KAYA
akan pemikiran, cinta, kasih sayang, perjalanan yang semuanya terinspirasi dari
keMahaKaryaan Tuhan, Allah SWT. Bahasa kakak yang sedang menyelesaikan studi
doktoral (Ph.D)-nya di Ankara University, Turki, major Hubungan Internasional
ini begitu lugas (straight to the point)
dan entahlah...aku merasanya kalimat yang ditulisnya selalu full of energy, mengajak kita untuk
berbuat hal positif, terbaik, lurus, benar dan manfaat. Dan bagian yang paling
aku suka adalah saat ia menyampaikan rindu pada istri tercinta dan anak
kesayangannya. Hal yang pribadi tapi tidak diumbar malah jadi contoh yang baik
buat #ehem para suami dan ayah di mana saja kalian berada. Dan jauh dari kesan menggurui,
bahasa tulisannya ‘ngajak’, beneran
deh...nggak bohong, beli terus baca aja kalau nggak percaya :)
Duh...sebenarnya pas nulis dari
kata ‘setiap’ sampai emoticon senyum
di atas tuh aku udah geregetan banget pengin
nulis semua bab di sini...habisnya setiap bab meninggalkan kesan tersendiri di
hatiku. Kak Faris, I owe you! Much!
Hmm... anyway, aku nggak akan
nulis semua isi buku, bukan karena mau bikin kalian penasaran sama buku #LFT
–nya Kak Faris melainkan mau bikin kalian curious
tingkat tinggi (itu mah sama aja, ulfaaaah...#tepokjidat :D). Tapi...aku mau
bocorin beberapa tulisan, quote, dan pesan yang paling menginspirasiku. Dan aku
berharap bisa menginspirasi kalian semua, tanpa terkecuali. Siapa pun kalian. :)
Lelaki dan Sejarah
Lelaki...
Kau bisa hidup nyaman dengan
tidak memikirkan sekitar.
Kau bisa berpuas diri dengan
hanya fokus pada kehidupanmu yang mungkin cukup mapan.
Kau bisa diam agar orang-orang
tidak salah paham, bersangka buruk. Lalu mereka mencibir, membicarakanmu di
belakang, atau memusuhimu, sampai mereka mengerti dan merasakan manfaat
kerisauanmu.
Kau bisa memilih tidur nyenyak
dan tidak susah payah berusaha menginspirasi banyak orang untuk menjadi lebih
baik.
Kau bisa mengabaikan sekeliling
hingga selamat dari konflik langsung ke hadapan wajahmu.
Kau bisa cari aman tanpa berbuat
apa-apa.
Kau bisa menjilat dan bermuka
seribu untuk menikmati sepotong coklat.
Lelaki...
Kau bisa hanya hidup untuk
DUNIAMU sendiri, tetapi kau akan selalu KERDIL.
...dan sejarah tidak akan pernah
berpihak kepada orang-orang kerdil.
Ankara, 11 Desember 2011 (Lelaki
dan Sejarah, #LFT halaman 264-265)
Guru yang menyenangkan harus berbobot. Kalau ini harga mati. Soalnya
tak baik menzalimi para murid untuk duduk cool di kelas mendengar uraian yang
sama sekali tidak penting. Atas sebab ini, selalu kusampaikan kepada
mahasiswa-mahasiswaku, bahwa aku bertekad dalam setiap kali pertemuan, harus
ada hal baru yang kuberikan. Sebab kalau cuma dari buku,”Mengapa kalian harus
buang-buang waktu dan ongkos buat ke kampus yang mulai usang ini?” (tulisan
ini...ah...bikin nostalgia aku yang pernah icip-icip jadi kakak guru...#LFT
halaman 83-86)
Kekasihku...
Orang-orang yang selalu disapa
kemudahan, sesungguhnya tak akan pernah merasakan manisnya kehidupan.
(Pengabdian dan Pengorbanan - #LFT halaman 91)
Sahabat yang baik, mungkin engkau akan kaget ketika kukatakan bahwa
menurut penelitian psikologi, manusia normal berbicara kepada diri sendiri
sekitar 50.000 kali dalam sehari. Kebanyakan yang kita bicarakan itu tentang
diri sendiri pula. Sialnya lagi, 80% dari hal itu bersifat negatif. Bisa
dibayangkan 24 jam yang singkat, masih dikurangi waktu tidur sekitar 8 jam,
kita membicarakan hal-hal yang negatif dengan diri kita sebanyak 40.000 kali
(80% dari 50.000)
Ingat-ingatlah dialogmu dengan dirimu sendiri!
“Aku tidak sanggup melakukan seperti itu”
“Bahasa asing sangat susah bagiku”
“Mereka tidak suka kepadaku”
“Aku tidak biasa mendapat kesulitan seperti ini”
“Aku tidak bisa disiplin”
“Besok aku akan terlambat”
“Aku tidak bisa jadi orang baik”
“Aku susah memaafkan”
“Aku belum mantap menikah sekarang”
“Aku tidak percaya bisa mengerjakannya” dan seterusnya
Pikiran-pikiran negatif itulah yang jadi denyut nadi kehidupan kita,
mengatur sikap-sikap kita, menentukan batas kemampuan kita atau motivasi kita
tuk bertindak. (Apakah Tuhan Memang Dekat - #LFT , halaman 205)
“Seseorang punya wilayah
hitamnya, ruang kelam kehidupannya. Tapi dia juga punya Tuhan yang Pengampun,
yang dapat memaafkan setiap saat, yang tak peduli dengan dosa-dosanya. Jika Dia
berkehendak, maka dalam sekejap lembar hidupnya kembali putih. Sementara
dirimu, jika terbersit perasaan lebih suci dan menyusup sebesar dzarrah
kesombongan, Tuhan tak mau melihat kepadamu.” (Menghakimi Ruang Kelam
Orang Lain - #LFT , halaman 296)
RINDU itu keinginan untuk mengulang masa lalu.
RINDU itu keengganan mengikuti masa sekarang.
RINDU itu ketakutan jika kenangan tidak berulang lagi di masa depan.
RINDU itu masa lalu, masa sekarang, dan masa depan yang tertukar-tukar.
Ankara, 2 Maret 2012 (Definisi
Rinduku Hari Ini - #LFT , halaman 305)
Nah, kan jadi sepanjang jalan
kenangan nulisnya...udah dibilang isi buku Kak Faris BQ ini aselik bikinku
pengin nulis semua-muanya...hmm...pokoknya janji beli ya buat yang baca resensi
ini (setengah maksa nih hhehe....kemudian aku dipentung berjamaah kepalanya).
Sebelum closing...ada yang paling pamungkas...dan ditunggu-tunggu pasti
sama para Jomblo, especially Jomblo
Istiqomah ‘till Akad di sejagad raya ini. Yaitu tulisan di halaman 337,
doa sang penulis yang low profile dan
full of positive energy ini buat para
JITA (Jomblo Istiqomah ‘till Akad).
Seru kan...udah baca bukunya
segala didoain sama penulisnya... :)
Semoga Kak Faris BQ...Be Qanaah dan Be Qualified always. Selalu
berada dalam lindungan Allah SWT bersama keluarga, dr. Riski Angelina (sang
istri) dan Abraham Fener (anak pertamanya). Aamiin.